Bengkulu, (Antara) - Psikolog dari Universitas Lampung Diah Utaminingsih S.Psi. MA.,Psikolog, menilai adanya calon anggota legislatif di semua tingkatan yang stres akibat tidak terpilih karena yang bersangkutan belum siap kalah.

"Pemicu lain yang tidak dapat menyebabkan stres adalah lingkungan sosial yang tidak mendukung," kata dia, melalui surat elektroniknya yang diterima di Bengkulu.

Diah menjelaskan, tidak sedikit saat seorang calon gagal, masyarakat di sekitarnya memandang dengan persepsi yang kurang baik.

"Sisi lain, faktor yang paling penting adalah bagaimana sikap keluarga dalam menerima kekalahan. Sebenarnya, stres dapat dihindari jika saja calon tersebut memiliki kerangka berfikir bahwa kekalahan bukan akhir dari segalanya dan dapat mengukur potensi dirinya untuk menjadi wakil rakyat.

Disamping itu, lanjut Diah yang banyak menangani klien dari beragam perusahaan dan profesi itu, "emotional support" yang diberikan keluarga serta "social support" yang didapat dari lingkungan sekitar dapat menjadi "protective factor" bagi yang bersangkutan untuk terhindar dari stres.

Pengajar di FKIP Unila itu menambahkan, seharusnya sebagai wakil rakyat setiap calon memiliki kekuatan pribadi dan mental baik saat terpilih maupun saat belum terpilih, sehingga pada akhirnya mampu mengemban amanat saat terpilih.

Begitu pula sebaliknya saat belum terpilih seorang calon seharusnya juga dapat menerima kenyataan bahwa dirinya kalah dalam pemilihan.

"Karena sebenarnya kalah dan menang pasti akan terjadi. Namun, sayangnya ekspektasi yang terlalu tinggi dan juga pengorbanan yang banyak secara materi membuat seorang calon tidak mempersiapkan dirinya untuk `kalah`," katanya.

Ia menjelaskan, calon anggota dewan yang tidak terpilih tidak bisa menerima kenyataan kekalahan yang dialaminya. Ketidakmampuan seorang individu dalam menerima realita yang dihadapi menimbulkan tekanan tersendiri yang dapat berujung pada stres dan pada akhirnya depresi.

"Seorang individu yang tidak mampu untuk menyeimbangkan antara `real self` dan `ideal self` dapat mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi kenyataan," tegasnya.

Menyinggung agar tidak depresi bagi caleg yang gagal, Diah memberikan solusi yaitu dari keluarga jangan sampai menyalahkannya.

"Misal anggota keluarganya ada yang bilang `Tuh kan sudah dibilang jangan nyaleg`. Itu akan kian mempercepat depresi," terang dia.

Jika keluarga sudah tidak mendukung, lanjutnya, bagaimana lingkungan tidak akan mencibir.

"Andaikan si dia itu sudah memunculkan prilaku yang mengganggu. Kehidupan sehari-harinya terabaikan seperti tidak mau mandi atau telat makan, segera dibawa ke psikolog atau yang menangani mental," saran dia.

Ia juga mengatakan sebenarnya sudah ada contoh yang terjadi yakni caleg berhasil dan gagal. Selain itu, harus melihat potensi dari diri dan kemampuan untuk menerima kemenangan dan kekalahan.

"Jika menang, konsekuensi pun ada yakni banyak pekerjaan dan lainnya, jika kalah ya harus diterima," katanya.

Sementara dengan caleg yang menarik lagi bantuan ke masyarakat karena gagal terpilih, Diah mengatakan yang bersangkutan tidak siap.

"Itu menunjukkan itegritasnya dalam bekerja," ujar dia.

***3***

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014