Jakarta (Antara) - Ketua Umum Fatayat NU Ida Fauziyah mengatakan kader Fatayat sebaiknya memilih calon presiden yang memiliki kepedulian kepada perempuan dan anak-anak, yang salah satu indikatornya sukses dalam membangun rumah tangga.

"Kalau tak ada capres perempuan, paling tidak capres yang memahami persoalan perempuan, paling tidak sukses membangun keluarga, tak pernah melakukan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)," kata Ida saat memberikan sambutan dalam acara Urun Rembug Kepemimpinan Nasional Perempuan di Jakarta, Kamis.

Hadir dalam kegiatan yang merupakan rangkaian dari peringatan hari lahir ke-64 Fatayat NU itu Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan sejumlah aktivis perempuan.

Lebih lanjut Ida mengatakan pemimpin nasional yang memiliki kepekaan terhadap persoalan perempuan dan anak sangat dibutuhkan karena penanganan isu perempuan dan anak hingga saat ini masih belum seperti yang diharapkan.

Fatayat pun berharap pemilu legislatif yang baru selesai dilaksanakan, juga menghasilkan lebih banyak legislator perempuan dibandingkan pemilu lima tahun lalu.

Dengan perpaduan eksekutif dan legislatif yang pro-perempuan dan anak maka kebijakan mendatang diharapkan lebih memihak perempuan dan anak.

Oleh karena itu, kata dia, pemilih perempuan yang berjumlah separuh dari seluruh pemilih bisa benar-benar memanfaatkan hak pilihnya untuk memilih calon yang tepat pada pilpres mendatang.

"Jangan asal pilih, harus ada alasannya," tukas Ida.

Untuk memberikan "alasan" dalam memilih calon presiden itulah, kata Ida, urun rembug itu dilaksanakan.

Ida pun berharap pragmatisme yang terjadi dalam pemilu legislatif lalu tidak terulang dalam pilpres.

"Pragmatisme dalam pileg luar biasa," ucapnya.

Sementara itu Koordinator Aliansi Masyarakat Sipil untuk Perempuan Politik (Ansipol) Yuda Irlan menyatakan perempuan masih mengalami diskriminasi struktural dan kultural, sehingga diperlukan percepatan perubahan dengan kebijakan afirmasi dalam segala bidang.

Diskriminasi gender itu berdampak pada kemiskinan berwajah perempuan dengan indikator antara lain tingkat kematian ibu melahirkan yang masih tinggi, rendahnya akses ekonomi dan permodalan, kesenjangan upah, tingkat "drop out" anak perempuan tinggi, tingkat daya beli rendah, dan kekerasan terhadap perempuan naik secara drastis. (Antara)

Pewarta: Oleh Sigit Pinardi

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014