Magelang,  (Antara) - Sebanyak 40 pelukis memamerkan karya-karya mereka bertajuk "Untukmu Guru" di kompleks Museum Haji Widayat Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebagai bagian dari Magelang Art Event 2014.

         Pembukaan pameran oleh kolektor dan pengelola Museum OHD Kota Magelang Oei Hong Djien di Magelang, Sabtu, juga ditandai dengan performa musik dan gerak berjudul "Lumbung face off" dipimpin oleh Riyadi, seorang seniman petani dari kawasan Gunung Merbabu.

         Pameran "Untukmu Guru" berlangsung sejak 26 April hingga 31 Agustus 2014.

         "Semua ada 47 karya yang dipamerkan oleh para seniman yang sebagian besar para murid Pak Widayat sewaktu di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta," kata pengelola Museum Haji Widayat, Fajar Purnomo Sidi.

         Selama Widayat mengajar, katanya, banyak karya mahasiswa yang dianggap baik dan bermutu dikoleksinya karena ketika itu, Widayat sudah mempunyai pikiran untuk membuat museum. Widayat meninggal dunia pada 2002. Setelah tiga dekade mengajar di ISI Yogyakata, pada 1998 Widayat pensiun, sedangkan pada 1994 mulai dibangun Museum Haji Widayat di Kota Mungkid.

         Ia menyebut pameran "Untukmu Guru" sebagai persembahan seseorang kepada gurunya, baik berupa karya seni maupun bentuk lainnya.

         "Persembahan ini tentunya ditujukan untuk Museum Haji Widayat yang didirikan oleh Sang Guru (Haji Widayat)," katanya.

         Ia menyatakan bangga kepada para seniman yang dengan gembira menyambut dan mendukung kelanjutan atas pengelolaan Museum Haji Widayat.

         "Mereka adalah orang-orang yang mempunyai kepekaan tinggi terhadap sesama manusia," katanya.

         Pameran mereka di Galeri Hajah Soewarni, kompleks Museum Haji Widayat itu, antara lain diikuti A. Priyanto dari Sidoarjo dengan karya berjudul "Omplong", Bambang Heru Sunarko dari Solo (Tutwuri), Dadi Setiyadi dari Tasikmalaya (Eater Compagny Potrait), Eddy Sulistyo dari Yogyakarta (Desember 19), Gusmen Heriadi dari Pariaman (Hilangnya Kekuatan Malaikat), I Made Arya Palguna dari Ubud (Noah Ark Journey), Januari dari Tuban (Bunga-Bunga).

         Selain itu, Laksmi Sitharesmi dari Yogyakarta (Doa dan Harapan untuk Si Buah Hati), Melodia dari Jakarta (Yang Terjebak di Tengah Etalase), Nasirun dari Yogyakarta (Dua Wajah), Ronald Apriyan dari Prabumulih (Learning), Samuel Indratma dari Gombong (Untitled), Theresia Agustina Sitompul dari Pasuruan (Dialog dengan Pak Widayat), Wahyu Gunawan dari Yogyakarta (Extra Ordinary), Yayat Surya dari Cirebon (Framework).

         Pada kesempatan itu, juga dipamerkan sekitar 500 item karya Widayat sejak 1952-2002, antara lain mengunakan kanvas, keramik, terakota, patung, rebana, dan bambu.

         "Pameran ini juga untuk menunjukkan bahwa Museum Haji Widayat tetap eksis.Selama ini sebagian dipajang dan sebagian lagi disimpan di gudang," katanya.

         Pada Sabtu sore selain pameran karya Widayat yang menjadi koleksi Oei Hong Djien di Museum OHD, juga peluncuran buku "Pioneer Number Four-H. Widayat" karya Dr HelenaSpanjaard dan Oei Hong Djien. ***3***

Pewarta: Oleh M. Hari Atmoko

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014