Kepahiang (Antara) - Para petani sayuran di Kecamatan
Merigi, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, saat ini beralih menggunakan
pupuk organik karena kesulitan mendapatkan pupuk an-organik (bersubsidi)
di daerah itu.
"Saat ini pupuk bersubsidi sulit didapatkan kalau pun ada cuma sedikit dan sering tidak kebagian, sehingga kami menggunakan pupuk organik, yaitu kompos buatan sendiri dari kotoran ternak dan ada juga yang beli di pasaran," kata Rusidi (39) salah seorang petani sayuran di Desa Simpang Kota Beringin Kecamatan Merigi, Sabtu.
Penggunaan pupuk kompos oleh kalangan petani sayuran di daerah itu, kata dia, sudah mereka lakukan sejak setahun belakangan akibat kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
Penggunaan pupuk organik itu mereka nilai lebih murah dan mudah didapat, kendati demikian pada sejumlah tanaman seperti cabai penggunaan pupuk ini mengakibatkan terjadinya penurunan produksi dibandingkan penggunaan pupuk kimia, namun untuk tanaman lainnya seperti gambas, kacang panjang, sawi, kol sebaliknya bisa meningkatkan produksi.
Penggunaan pupuk organik itu, kata dia, saat ini mulai banyak digunakan petani sayuran di wilayah itu, karena sebelumnya mereka sudah mempelajarinya dari usaha pertanian sayuran di Kecamatan Sindang Kelingi dan Selupu Rejang di Kabupaten Rejanglebong yang sudah lebih dahulu menggunakan pupuk organik dalam usaha pertanian sayuran dan dikenal sebagai sentra penghasil sayuran Provinsi Bengkulu.
Sementara itu, Hadi Warsito (56) salah satu produsen pupuk organik di Desa Simpang, Kota Beringin menyebutkan, dirinya per minggu mampu menghasilkan pupuk organik sebanyak 5-10 ton, yang perkarungnya dijual seharga Rp12.000.
"Pupuk organik ini selain dijual kepada petani yang ada di Kecamatan Merigi juga dijual ke Kabupaten Rejanglebong khususnya daerah penghasil sayuran seperti di Kecamatan Sindang Kelingi dan Selupu Rejang," ujarnya.
Penggunaan pupuk organik tersebut kata dia, di samping harganya murah juga ramah lingkungan, karena dihasilkan dari limbah kebun, kotoran ternak dan bahan lainnya yang mudah didapatkan di desa. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Saat ini pupuk bersubsidi sulit didapatkan kalau pun ada cuma sedikit dan sering tidak kebagian, sehingga kami menggunakan pupuk organik, yaitu kompos buatan sendiri dari kotoran ternak dan ada juga yang beli di pasaran," kata Rusidi (39) salah seorang petani sayuran di Desa Simpang Kota Beringin Kecamatan Merigi, Sabtu.
Penggunaan pupuk kompos oleh kalangan petani sayuran di daerah itu, kata dia, sudah mereka lakukan sejak setahun belakangan akibat kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
Penggunaan pupuk organik itu mereka nilai lebih murah dan mudah didapat, kendati demikian pada sejumlah tanaman seperti cabai penggunaan pupuk ini mengakibatkan terjadinya penurunan produksi dibandingkan penggunaan pupuk kimia, namun untuk tanaman lainnya seperti gambas, kacang panjang, sawi, kol sebaliknya bisa meningkatkan produksi.
Penggunaan pupuk organik itu, kata dia, saat ini mulai banyak digunakan petani sayuran di wilayah itu, karena sebelumnya mereka sudah mempelajarinya dari usaha pertanian sayuran di Kecamatan Sindang Kelingi dan Selupu Rejang di Kabupaten Rejanglebong yang sudah lebih dahulu menggunakan pupuk organik dalam usaha pertanian sayuran dan dikenal sebagai sentra penghasil sayuran Provinsi Bengkulu.
Sementara itu, Hadi Warsito (56) salah satu produsen pupuk organik di Desa Simpang, Kota Beringin menyebutkan, dirinya per minggu mampu menghasilkan pupuk organik sebanyak 5-10 ton, yang perkarungnya dijual seharga Rp12.000.
"Pupuk organik ini selain dijual kepada petani yang ada di Kecamatan Merigi juga dijual ke Kabupaten Rejanglebong khususnya daerah penghasil sayuran seperti di Kecamatan Sindang Kelingi dan Selupu Rejang," ujarnya.
Penggunaan pupuk organik tersebut kata dia, di samping harganya murah juga ramah lingkungan, karena dihasilkan dari limbah kebun, kotoran ternak dan bahan lainnya yang mudah didapatkan di desa. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014