Jakarta (Antara) - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa proses pasteurisasi pada susu unta mentah mengandung virus penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) dapat mematikan virus.

"Walau memang virus ini bisa hidup lama disusu, tapi sesudah dipasteurisasi maka virus tidak ditemukan lagi. Masih dilakukan penelitian lanjutan tentang kemungkinan bahaya susu mentah," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal kedokteran "Emerging Infectious Diseases" itu melakukan eksperimen untuk melihat stabilitas virus MERS CoV pada susu unta, domba dan sapi, sebelum dan sesudah di pasteurisasi.

Penelitian lain menunjukkan bahwa sekuen genom di unta dan manusia tidak berbeda dari hasil isolasi virus MERS CoV pada usap (swab) hidung pada unta berpunuk satu yang dilakukan oleh Peneliti dari Amerika Serikat dan King Saud University.

Sedangkan penelitian lain yang dipublikasi pada jurnal kedokteran yang sama menunjukkan bahwa virus MERS-CoV ada dan bersirkulasi pada unta di Saudi Arabia, Mesir, Tunisia, Nigeria, Sudan, Ethiopia, Jordan, Oman, Qatar dan Uni Arab Emirat.

Sementara itu, sebuah penelitian pada Desember 2013 menemukan asam nukleat MERS-CoV pada lima dari 76 sample unta yang mereka periksa dan menemukan bahwa virus MERS-CoV di unta ternyata berhubungan erat ("closely related") dengan virus yang ada di pasien MERS-CoV.

"Data-data diatas mendukung adanya kecurigaan bahwa unta merupakan sumber penularan dari MERS-COV. Masih dibutuhkan penelitian lebih mendalam untuk memastikan hal ini," ujar Tjandra.

Penelitian lanjutan juga diperlukan untuk mengetahui jalur penularan, penelitian kemungkinan pajanan (peristiwa yang menimbulkan risiko penularan) dari binatang dan/atau lingkungan dan kemungkinan rantai/jalur penularannya.

"Jadi data-data ini belum dapat membuktikan bahwa ada penularan dari unta ke manusia secara jelas, karena hubungan langsung kausal belum ditemukan. Tapi setidaknya data ini bisa membuat kita lebih berhati-hati dan waspada dalam kaitannya dengan unta," kata Tjandra.

Data yang baru dirilis Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menunjukkan bahwa terdapat sekitar 260.000 unta Saudi Arabia, hampir sejuta ekor unta di Ethiopia, 4,8 juta unta di Sudan dan lebih dari tujuh juta ekor unta di Somalia.

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan MERS-CoV sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) dan juga belum menyatakannya sebagai pandemi.

Meski demikian, Tjandra mengimbau para WNI yang bepergian ke Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya untuk menghindari kontak langsung dengan unta.

Pada masa sekarang ini saya menganjurkan jangan ada paket kunjungan ke peternakan unta dalam paket perjalanan umroh jamaah kita," ujarnya.

Selain itu, ada juga anjuran WHO lain yang menyebutkan tentang jangan konsumsi susu mentah dan jangan mengkonsumsi makanan yang mungkin tercemar oleh kotoran binatang.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014