Sentani (Antara) - Festival Danau Sentani VII memecahkan dua rekor Museum Rekor Dunia Indonesia yakni melukis di atas kulit kayu sepanjang 100 meter dan membuat sempe atau tempat mengolah tepung sagu menjadi papeda terbesar.

"Muri telah mencatat rekor membuat lukisan di atas kulit kayu sepanjang 100 meter dan membuat sempe terbesar pada saat pembukaan FDS VII di Sentani, Kabupaten Jayapura," kata Senior Manejer MURI Paulus Pangka di lokasi FDS, bibir pantai wisata Khalkote, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis.

Paulus sampaikan rekor tersebut diprakarsai oleh Pemkab Jayapura dan Provinsi Papua dalam FDS kali ini. "Ini merupakan lukisan diatas kulit kayu terpanjang. Dan membuat sempe terbesar yang dicatat dalam Muri," katanya.

Menurutnya apa yang disuguhkan dalam FDS kali ini patut diberikan apresiasi karena memiliki banyak kreatifitas serta mengangkat kearifan lokal setempat. "Sempe itu terbuat dari tanah liat yang ada di pesisir Danau Sentani dengan ukuran keliling 3,2 meter, tinggi 50 CM dan diameter atasnya seluas satu meter. Termasuk kulit kayu sepanjang 100 meter yang dijadikan kanvas," katanya.

Paulus jelaskan bahwa sempe dan kulit kayu sepanjang 100 meter dikerjakan oleh ibu Naftali, Yonas Doyapo, Agus Ongge dan Martha Ohee, yang dalam proses pembuatannya memakan waktu satu bulan. "Pembuatan sempe terbesar ini menunjukan bahwa adanya kearifan lokal yang masih terus dipelihara dan dilestarikan, sejak nenek moyang kita menggunakan untuk mengolah sagu menjadi papeda," katanya.

Secara terpisah Mama Martha Ohee salah satu pembuat kanvas dan lukisan kulit kayu terpanjang itu mengatakan proses pembuatannya menelan waktu selama sebulan, mulai dari pemilihan kulit kayu, penumbukan dan penjemuran. "Saya kerjakan ini bersama dengan rekan saya Agus Ongge," katanya.

Dan untuk pilihan warna yang hanya tiga jenis yakni putih, merah dan hitam untuk melukis diatas kulit kayu, kata Martha hal itu menggambarkan tentang budaya, kemakmuran, keberanian dan jati diri orang Sentani.

"Warna putih itu berasal dari kapur siri yang melambangkan budaya yakni makan pinang, warna merah dari tanah liat melambangkan kemakmuran akan kesuburan tanah serta keberanian, sedangkan hitam adalah arang tungku yang melambangkan kehidupan serta warna kulit orang Papua," katanya.

Sementara itu Maria Maga, salah satu pengunjung FDS mengaku kagum dengan lukisan kulit kayu dan sempe yang mendapat pengakuan dan penghargaan Muri. "Dengan adanya pemecahan dua rekor Muri dalam FDS. Maka sejumlah adat istiadat dan budaya orang Papua mulai tercatat dan teridentifikasi dengan baik," katanya.

FDS ke VII mengusung tema Budayaku hidupku atau My Culture My Life. Festival yang digagas pada pemerintah bupati Habel Melkias Suwae itu akan berlangsung selama lima hari dari 19 - 23 Juni 2014.***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014