Bengkulu, (Antara) - Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu mencatat sektor sandang penyumbang angka inflasi terbesar pada triwulan II 2014 di provinsi itu.
"Tercatat pada Juni, kelompok sandang mengalami inflasi 1,0 persen, dan penyebab terjadinya inflasi yakni tingginya kebutuhan jilbab serta mukena sebelum lebaran," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu Nurul Hasanudin, di Bengkulu, Sabtu.
Angka inflasi tersebut menurut dia, merupakan siklus tahunan dan menjadi kultur yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat setempat.
"Sudah menjadi sebuah kultur kalau lebaran harus memakai pakaian serba baru, hal ini menjadi salah satu penyebab utama angka inflasi Bengkulu pada triwulan II selain kenaikan tarif dasar listrik," kata dia.
Akibatnya inflasi tahunan kelompok sandang pada 2014, kata Nurul tercatat melonjak drastis jika dibandingkan dengan dua tahun terakhir.
"Pada kelompok sandang untuk tahun 2014 mengalami inflasi 6,7 persen yoy," katanya.
Sedangkan pada 2013 inflasi kelompok tersebut hanya 2,09 persen yoy, dan pada 2012 dibukukan sebesar 4,8 persen yoy.
"Padahal sudah ada tren positif, inflasi mulai menurun pada kelompok sandang, namun pada 2014 ini kembali mengalami kenaikan, kita berharap untuk triwulan III dan IV tidak mengalami kenaikan kembali," ucapnya.
Untuk mencegah terjadinya kenaikan harga barang-barang sandang, BPS Bengkulu memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat untuk mengembangkan ekonomi kreatif lokal.
"Di daerah kita minim ekonomi kreatif lokal berupa sandang yang digiatkan industri rumah tangga, kita berharap pemerintah daerah mulai membangun industri sandang, sehingga mampu menekan angka inflasi dari kelompok ini," ujarnya.
***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Tercatat pada Juni, kelompok sandang mengalami inflasi 1,0 persen, dan penyebab terjadinya inflasi yakni tingginya kebutuhan jilbab serta mukena sebelum lebaran," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu Nurul Hasanudin, di Bengkulu, Sabtu.
Angka inflasi tersebut menurut dia, merupakan siklus tahunan dan menjadi kultur yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat setempat.
"Sudah menjadi sebuah kultur kalau lebaran harus memakai pakaian serba baru, hal ini menjadi salah satu penyebab utama angka inflasi Bengkulu pada triwulan II selain kenaikan tarif dasar listrik," kata dia.
Akibatnya inflasi tahunan kelompok sandang pada 2014, kata Nurul tercatat melonjak drastis jika dibandingkan dengan dua tahun terakhir.
"Pada kelompok sandang untuk tahun 2014 mengalami inflasi 6,7 persen yoy," katanya.
Sedangkan pada 2013 inflasi kelompok tersebut hanya 2,09 persen yoy, dan pada 2012 dibukukan sebesar 4,8 persen yoy.
"Padahal sudah ada tren positif, inflasi mulai menurun pada kelompok sandang, namun pada 2014 ini kembali mengalami kenaikan, kita berharap untuk triwulan III dan IV tidak mengalami kenaikan kembali," ucapnya.
Untuk mencegah terjadinya kenaikan harga barang-barang sandang, BPS Bengkulu memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat untuk mengembangkan ekonomi kreatif lokal.
"Di daerah kita minim ekonomi kreatif lokal berupa sandang yang digiatkan industri rumah tangga, kita berharap pemerintah daerah mulai membangun industri sandang, sehingga mampu menekan angka inflasi dari kelompok ini," ujarnya.
***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014