Jakarta (Antara) - Hari itu Minggu (20/7) ketika jarum jam menunjukkan pukul 16.30 WIB ketika di gerbang pemeriksaan yang berada di sebelah Istana Negara tak seperti biasa Mensesneg Sudi Silalahi tampak menunggu.

Mensesneg tengah bersiap menyambut tamu yang hadir dalam acara buka puasa yang diselenggarakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sore itu.

Tamu yang ditunggu ternyata bukan sembarang tamu namun sosok-sosok yang hampir tiga bulan terakhir ini mewarnai pemberitaan nasional dan juga internasional, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut satu Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa serta pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut dua Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Acara buka puasa ini menjadi menarik karena untuk pertama kalinya setelah penyelenggaraan pemungutan suara pemilihan presiden pada 9 Juli 2014 kedua pasangan itu bertemu, duduk satu meja dan berada dalam satu ruangan yang sama, terlebih bila dikaitkan dengan tensi politik yang tinggi selama perjalanan penghitungan suara hingga menjelang pengumuman hasil pemungutan suara yang dilakukan 22 Juli atau 48 jam setelah buka puasa hari itu.

"Silaturahim diantara kita semua seperti ini, di antara semua yang sedang mengemban amanah adalah sesuatu yang baik, rakyat menyukai. Karena kebersamaan seperti inilah yang bisa ciptakan suasana yang teduh terlebih manakala suhu poliitk di tanah air sedang menghangat. Di berbagai kesempatan saya katakan, bahwa persatuann, kesatuan dan kebersamaan kita sebagai bangsa itu sungguh penting. Harganya amat mahal jika sebuah bangsa terpecah. Untuk menyatukannya kembali bukan sesuatu yang mudah," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka acara yang terlambat 15 menit dari jadwal semula pukul 17.00 WIB.

Cawapres nomor urut satu, Hatta Rajasa tiba sendiri pukul 16.50 WIB kemudian capres dan cawapres nomor urut dua Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang datang bersamaan pada pukul 17.10 WIB dan capres nomor urut satu Prabowo Subianto yang datang pukul 17.20 WIB.

Presiden Yudhoyono mengatakan ide diadakannya buka puasa dengan mengundang pasangan capres dan cawapres, penyelenggara dan pengawas pemilu, pimpinan lembaga negara dan para menteri terkait merupakan ide Ketua DPD RI Irman Gusman saat pertemuan dan silaturahmi para ketua lembaga negara dua hari sebelumnya, (Jumat 18/7) di Mahkamah Konstitusi.

"Hari Jumat sore lalu kami para pemimpin lembaga negara mengadakan pertemuan konsultasi di Mahkamah Konstitusi. Tujuannya adalah kami satukan komitmen kita untuk mengawal keseluruhan proses Pilpres ini dari awal hingga selesai. Termasuk komitmen kami semua untuk mengawal kegiatan penting di hari mendatang yang sering kita sebut dua simpul yang penting yaitu pengumuman hasil pemungutan suara oleh KPU dan manakala harus berlanjut ke Mahkamah Konstitusi maka putusan Mahkamah Konstitusi yang Insya Allah akan dilaksana pada 21 Agustus," kata Presiden.

Kepala Negara yang hari itu mengenakan kemeja koko berwarna putih dan duduk diantara Prabowo Subianto dan Joko Widodo itu menambahkan,"dalam pertemuan itu adalah Pak Irman Gusman Ketua DPD RI yang sampaikan saran pada saya dalam kapasitas saya sebagai kepala negara, alangkah baiknya kita bisa buka puasa bersama dua pasangan capres-cawapres".

"Yang lain setuju. Alhamdulilah saya minta Mensesneg Pak Sudi Silalahi untuk hubungi kedua pasangan capres-cawapres. Alhamdulilah keduanya bersedia, meski saya tahu ada jadwal yang sudah dijadwalkan sebelumnya."

Suasana mulai cair saat waktu buka puasa telah tiba, mereka yang duduk di meja bundar utama, Presiden Yudhoyono, Capres Prabowo Subianto, Capres Joko Widodo, Ketua DPD RI Irman Gusman, Ketua DPR RI Marzuki Alie dan Ketua MPR Sidharto Danusubroto berbincang dengan lebih rileks. Sesekali mereka melihat daftar menu hidangan malam itu yang kental dengan nuansa masakan Padang seperti gulai tunjang dan rendang.

Berbeda dengan meja utama, meja dimana Wapres Boediono, cawapres Hatta Rajasa dan cawapres Jusuf Kalla serta kepala lembaga negara lainnya sejak awal tampak lebih santai. Sesekali ketiganya berbincang dan disertai oleh tawa serta senyuman.

Usai berbuka puasa dengan tajil, kemudian para undangan menunaikan sholat Maghrib dan dilanjutkan dengan makan malam.  Sekitar pukul 19.00 WIB acara selesai dan masing-masing meninggal kompleks Istana Presiden.

"Buka bersama alhamdulillah, makan enak," kata Joko Widodo.

Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan obrolan di meja makan dengan Presiden Yudhoyono dan Prabowo berkisar antara sepakbola, kejadian pesawat Malaysia yang jatuh dan makanan Soto Bangkong yang juga dihadirkan selain masakan Padang.

Sementara Prabowo Suabianto melayani pertanyaan wartawan seputar kesiapan menghadapi pengumuman KPU pada 22 Juli. Kesemuanya dijawab termasuk optimisme dalam pilpres 2014 ini.

Ketua DPD RI Irman Gusman, mengatakan pertemuan selama hampir dua jam itu berlangsung cukup baik. Meski beberapa wartawan memandang kurang cair dan akrab perbicangan antar capres, namun Irman mengatakan bisa bertemu dan berkumpul dalam satu waktu dan ruangan adalah hal yang baik.

"Waktu acara baik-baik saja, ini kan pertemuan pertama, silaturahim. Selama ini kan pertemuannya ada di debat. Ini mungkin pertemuan yang informal, pertama, dan bersahaja. Makan yang disajikan pun enak-enak, jadi kita siap makan. Ada soal makan, nasi tunjang, Prabowo bilang dia kurang 3 kg, saya 5 kg. Jadi kita ketawa-ketawa aja," katanya usai acara buka puasa tersebut.

    
Meneguhkan Komitmen
Presiden Yudhoyono memandang penyelenggaraan pemilihan presiden kali ini berlangsung keras dan ketat.  Tak heran ia kemudian merespons sejumlah kekhawatiran dari berbagai pihak terkait proses pilpres yang berpotensi menimbulkan konflik dengan terus mendorong adanya suasana yang tenang dan masing-masing kubu capres tidak saling memprovokasi.

"Kini kita tengah merasakan transisi demokrasi, kita tengah mematanngkan konsolidasi. Banyak kemajuan, tetapi proses ini belum selesai. Artinya banyak yang harus kita perbaiki dan sempurnakan. Pertanyaannya adalah, siapa yang wajib mengawal, memperbaiki dan sukseskan itu. Jawabannya, kita semua,termasuk kita yang ada di ruangan ini," katanya.

Ia menambahkan,"alhamdulilah kita telah lakukan Pemilihan Umum, proses demokrasi yang penting. Pemilu 1999, 2004, 2009 dan 2014. Semua itu adalah proses sejarah yang sedang ditempuh bangsa kita.

Dengan pemahaman itu semua, saya yakin saudara semua, kita semua akan terpanggil mengawal semua proses sejarah ini dengan penuh tanggungjawab, Pemilihan umum yang kita hadirkan secara permanen di negeri ini adalah pemilu yang damai dan demokratis. Dua-duanyanya penting, tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, ini masih berlangsung walaupun pada tahapan akhir, saya mengajak saudara semua dan seluruh rakyatt Indonesia untuk sama-sama mengawal dan sukseskan babak akhir dari pemilu negeri ini."

Presiden mengharapkan dengan lancarnya proses pilpres maka suksesi kepemimpinan pada 20 Oktober 2014 mendatang bisa berlangsung dengan mulus.

"Tentu kita masih lanjutkan babak akhir dari Pilpres. Mari dengan penuh tanggungjawab kita kawal. Agar sekali lagi 20 Oktober nanti saya bisa akhiri tugas saya sebagai presiden yang ke enam dan kemudian dengan harapan semua proses ini berakhir dengan baik kita akan sambut pemimpin yang baru, untuk melanjutkan tugas-tugas membangun negara, menjalankan pemerintahan dan mensejahterakan rakyat kita," kata Presiden mengakhiri sambutannya dalam acara sore itu.

Pukul 20.00 WIB malam itu lampu ruang utama Istana Negara telah dipadamkan, deretan meja dan kursi telah dibereskan. Semua mata dan perhatian kini tertuju pada pengumuman hasil penghitungan suara pemilihan presiden yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli 2014.

Presiden akan berganti, namun Presiden Yudhoyono akan dikenang sebagai Presiden yang berupaya melangsungkan transisi kepemimpinan dengan baik dan terhormat.

Pewarta: Oleh Panca Hari Prabowo

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014