Jambi (ANTARA Bengkulu) - Hutan Jambi dalam kurun waktu lima tahun terakhir menyusut hingga seluas satu juta hektare, kata salah satu anggota Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, Robert Aritonang.

Ditemui di sela sela diskusi masalah lingkungan di Jambi, Rabu, Robert mengatakan, penyusutan hutan tersebut diperoleh berdasarkan penelitian dengan menggunakan analisa satelit belum lama ini.

"Berdasarkan data di Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Jambi tercatat luas hutan di Jambi mencapai 2,1 juta hektare. Hanya saja luasan tersebut termasuk kawasan hutan yang sudah dikonversi, artinya fungsi hutan sebenarnya sudah hilang karena sudah ada izin pengolahannya," ujarnya.

Konversi hutan secara berlebihan, kata dia, menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya pemanasan global, selain beberapa penyebab lainnya.

Menurut dia, berdasarkan hasil penelitian para pemerhati lingkungan tingkat dunia, degradasi lahan khususnya hutan menjadi penyumbang utama pemanasan global dan meningkatnya emisi energi tingkat dunia.

Disamping masalah degradasi hutan, beberapa penyebab lain adalah meningkatnya sistem transportasi dan penggunaan pembangkit listrik masing masing menyumbang antara 14-24 persen tingkat pemanasan global.

"Sementara jika dikategorikan Amerika Serikat merupakan penyumbang terbesar pemanasan global yakni mencapai 19 persen. Untuk Indonesia lebih didominasi oleh degradasi hutan yakni mencapai sembilan persen," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, dampak dari pemanasan global sudah sangat terasa. Khusus di Provinsi Jambi, selama kurun waktu lima tahun terakhir sepanjang kawasan di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari selalu menjadi langganan banjir tahunan.

"Bahkan kondisi itu beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan tingkat keparahannya," katanya.

Terkait hal itu, Aritonang berharap pemerintah sebagai pemegang kebijakan bisa bertindak tegas agar dampak pemanasan global bisa ditekan.

Menurut dia, diperlukan ketegasan politik pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik masyarakat maupun perusahaan.

Ia menyarankan, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah adanya intensifikasi dan pembatasan lahan. Mengingat, salah satu penyebab adanya degradasi hutan adalah perubahan fungsi kawasan untuk dijadikan komoditas lain baik perkebunan maupun pertanian.

Dia menambahkan, adanya intensifikasi lahan diharapkan masyarakat dapat lebih mengoptimalkan lahan yang ada tanpa membuka lahan baru dengan mengubah fungsi kawasan hutan.

"Untuk itu diperlukan adanya ketegasan pemerintah dalam mengeluarkan aturan, namun harus benar-benar diterapkan sebagaimana mestinya. Mengingat, banyak implikasi dari pemanfaatan hutan secara berlebihan selain iklim, implikasi sosial seperti sengketa lahan juga menjadi sering terjadi," tambahnya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011