Jakarta, (Antara) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menyampaikan hasil pemeriksaan sementara bahwa empat warga negara asing terduga teroris, yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri di Sulawesi Tengah, masuk ke Indonesia dengan memakai paspor palsu.

"Dugaan sementara paspor yang mereka gunakan palsu. Karena mengaku dari Turki, tetapi tidak ada (catatan) keberangkatan dari wilayah tersebut," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri  Kombes Pol Agus Riyanto di Jakarta, Senin.

Tim Polda Sulteng dan Densus 88 telah menangkap empat orang asing tersebut di desa Marantale Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng.

Dari identitas yang ditemukan sementara, diketahui keempat orang asing itu adalah A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram, A Zubaidan, yang awalnya diduga sebagai warga negara Turki.

Menurut Agus, keempat WNA itu mengaku sebagai turis yang ingin berekreasi ke Indonesia. Empat orang asing terduga teroris itu masuk ke wilayah Indonesia secara terpisah.

"Masuk ke Indonesia ada yang melalui Jakarta, ada yang dari Bandung. Lalu bertemu di Makassar menuju ke Palu, dan kemungkinan mau ke Poso," jelasnya.  

"Kalau betul mereka memang warga Turki seperti yang tercantum di paspornya, tetapi keberangkatan keempat orang asing itu dari Turki tidak tercatat," lanjutnya.

Selain itu, menurut Agus, dari hasil pemeriksaan sementara diketahu bahwa keterangan yang diberikan empat warga asing itu seringkali tidak sesuai dengan data pada dokumen yang dibawa.

"Jadi, kami masih harus mendalami pemeriksaan terhadap mereka ini. Sebagai contoh, satu orang di paspornya berumur 27 tahun, setelah kami tanya secara langsung, ia mengaku berumur 19 tahun," ungkapnya.

Oleh karena itu, kata dia, Kepolisian akan berkoordinasi dengan pihak Imigrasi dan Kedutaan Besar Turki untuk memastikan keabsahan dokumen dan paspor yang dibawa oleh keempat warga asing itu.

"Info awal yang kami peroleh dari penterjemah, mereka hanya pernah berada di Turki. Kemungkinan mereka berasal dari salah satu daerah di perbatasan antara China dan Mongol, seperti Turkistan. Memang di sana sebagian besar penduduknya muslim," ujarnya.

Agus mengaku sejauh ini pihaknya menduga keempat warga asing itu berencana menuju ke Poso untuk bergabung dengan kelompok Santoso yang difasilitasi oleh terduga teroris Mochtar yang berada di Poso, yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).

"Jadi, kami juga mendalami tentang keterlibatan mereka (dengan jaringan terorisme di Indonesia) sehingga berada di wilayah Tanah Air," katanya.

"Sebagaimana kita ketahui, Santoso sudah mendeklarasikan ikut ke dalam kelompok itu (ISIS). Sehingga afiliasi terhadap pihak-pihak yang kami temukan ini, apakah mengarah ke sana, hal ini yang masih kami lakukan pendalaman," ujar Kabagpenum Divhumas Polri itu.***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014