Seorang anak berusia sembilan tahun yang diduga terserang difteri di Pekon (Desa) Hujung, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, meninggal dunia setelah menjalani perawatan.
"Anak itu dinyatakan meninggal dunia setelah menjalani perawatan di puskesmas dan Rumah Sakit Alimuddin Umar Lampung Barat," kata Kepala Pekon Hujung Ismet Liza di Lampung Barat, Rabu.
Dia menuturkan bahwa anak itu pada Senin (6/3) dibawa orang tuanya ke Puskesmas Belalau karena sakit dan petugas puskesmas merujuknya ke Rumah Sakit Alimudin Umar karena hasil pemeriksaan menunjukkan gejala yang dialami mengarah ke penyakit difteri.
"Pada Selasa (7/3) pagi dini hari sekitar pukul 01.00 WIB almarhum hendak dirujuk ke RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung, namun baru sampai di Simpang Luas, Kecamatan Batu Ketulis, kondisi almarhum semakin lemah, sehingga mereka putar balik ke Puskesmas Belalau dan dinyatakan meninggal sekitar pukul 02.00 WIB tadi pagi," kata dia.
Menurut dia, jenazah anak itu dibawa ke rumah duka di Pekon Hujung sekitar pukul 04.00 WIB untuk dimakamkan. Sebelum dimakamkan, jenazah anak itu dimandikan oleh petugas yang mengenakan alat pelindung diri.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Alimudin Umar dr. Iman Hendarman menyampaikan bahwa gejala yang dialami oleh pasien anak tersebut serupa dengan gejala difteri.
Menurut dia, petugas rumah sakit sudah mengirim sampel yang diambil dari anak itu untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan penyakit yang diderita.
"Kami juga sudah mengambil sampel agar dilakukan uji lab ke pusat, dan hasilnya paling cepat satu bulan setelah sampel kita kirim," kata Iman.
Dia menjelaskan bahwa menurut diagnosa awal pasien itu mengalami tonsilitis atau peradangan pada dua bantalan jaringan berbentuk oval yang ada di belakang tenggorokan.
"Jika nanti hasil uji lab ke luar dan hasilnya negatif, kita sudah ada upaya antisipasi, dan ketika memang hasilnya positif kita juga sudah melakukan upaya pencegahan, karena kita tidak mengharapkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," katanya.
Difteri adalah penyakit menular yang utamanya disebabkan oleh infeksi Corynebacterium diphteriae, bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan serta dapat mempengaruhi kulit.
Menurut informasi yang disiarkan di laman Kementerian Kesehatan, gejala serangan penyakit itu biasanya berupa terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel serta sakit tenggorokan, suara serak, batuk, pilek, demam, menggigil, lemas, dan muncul benjolan pada leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin atau menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita.
Difteri dapat menyerang orang dari segala usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
"Anak itu dinyatakan meninggal dunia setelah menjalani perawatan di puskesmas dan Rumah Sakit Alimuddin Umar Lampung Barat," kata Kepala Pekon Hujung Ismet Liza di Lampung Barat, Rabu.
Dia menuturkan bahwa anak itu pada Senin (6/3) dibawa orang tuanya ke Puskesmas Belalau karena sakit dan petugas puskesmas merujuknya ke Rumah Sakit Alimudin Umar karena hasil pemeriksaan menunjukkan gejala yang dialami mengarah ke penyakit difteri.
"Pada Selasa (7/3) pagi dini hari sekitar pukul 01.00 WIB almarhum hendak dirujuk ke RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung, namun baru sampai di Simpang Luas, Kecamatan Batu Ketulis, kondisi almarhum semakin lemah, sehingga mereka putar balik ke Puskesmas Belalau dan dinyatakan meninggal sekitar pukul 02.00 WIB tadi pagi," kata dia.
Menurut dia, jenazah anak itu dibawa ke rumah duka di Pekon Hujung sekitar pukul 04.00 WIB untuk dimakamkan. Sebelum dimakamkan, jenazah anak itu dimandikan oleh petugas yang mengenakan alat pelindung diri.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Alimudin Umar dr. Iman Hendarman menyampaikan bahwa gejala yang dialami oleh pasien anak tersebut serupa dengan gejala difteri.
Menurut dia, petugas rumah sakit sudah mengirim sampel yang diambil dari anak itu untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan penyakit yang diderita.
"Kami juga sudah mengambil sampel agar dilakukan uji lab ke pusat, dan hasilnya paling cepat satu bulan setelah sampel kita kirim," kata Iman.
Dia menjelaskan bahwa menurut diagnosa awal pasien itu mengalami tonsilitis atau peradangan pada dua bantalan jaringan berbentuk oval yang ada di belakang tenggorokan.
"Jika nanti hasil uji lab ke luar dan hasilnya negatif, kita sudah ada upaya antisipasi, dan ketika memang hasilnya positif kita juga sudah melakukan upaya pencegahan, karena kita tidak mengharapkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," katanya.
Difteri adalah penyakit menular yang utamanya disebabkan oleh infeksi Corynebacterium diphteriae, bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan serta dapat mempengaruhi kulit.
Menurut informasi yang disiarkan di laman Kementerian Kesehatan, gejala serangan penyakit itu biasanya berupa terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel serta sakit tenggorokan, suara serak, batuk, pilek, demam, menggigil, lemas, dan muncul benjolan pada leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin atau menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita.
Difteri dapat menyerang orang dari segala usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023