Dampak dari pandemi COVID-19 membuat industri digital di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan mampu setara dengan negara-negara maju.

Tak hanya transaksi yang kian mudah, tetapi pemasaran sampai dengan pengiriman juga menjadi jauh lebih mudah. Banyak dari lini bisnis yang berhasil terbantu dengan teknologi digital yang berkembang saat ini.

Bahkan, Pemerintah melalui Kemenkominfo, begitu gencar mendorong masyarakat memanfaatkan layanan digital ini untuk meningkatkan ekonomi.

Ditjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo melalui Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi telah menyusun peta jalan literasi digital tahun 2021-2024 yang di dalamnya merumuskan kurikulum literasi digital, mencakup keahlian, perlindungan, etik, dan budaya.

Literasi digital ini digerakkan bersama mitra untuk menyosialisasikan program digital kepada masyarakat.

Hasilnya pada 2022, Indonesia berhasil menjadi pelaku ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dengan Gross Merchandise Value (GMV) atau nilai barang dagangan kotor, yang diperkirakan mencapai 77 miliar Dolar AS atau setara Rp1.193,3 triliun.

Hal ini mendorong literasi digital masyarakat menjadi tumbuh seiring kebutuhan zaman dan industri. Pemanfaatan platform digital, baik itu media sosial, toko daring (e-commerce), dan lainnya secara tepat akan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Terbukti, selama pandemi, berbagai kegiatan ekonomi bisa berjalan dengan baik, bahkan mampu menjadi pendorong masyarakat Indonesia melewati krisis tiga tahun belakangan.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2020 saja, transaksi digital naik lebih dari 37 persen. Sementara menurut Bank Indonesia, peningkatan transaksi ekonomi dan keuangan digital ditopang oleh naiknya minat dan preferensi masyarakat dalam belanja daring, serta luas dan mudahnya sistem pembayaran digital.

Hal ini terlihat dari nilai transaksi uang elektronik pada November 2022 yang tumbuh 12,84 persen (yoy), serta nilai transaksi digital perbankan meningkat 13,88 persen (yoy).
 
Dengan ketekunan di era digital ini, pengusaha kafe dan restoran bisa sukses. ANTARA/ Ganet



Peminat cukup tinggi

Terkini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), bekerja sama dengan Siberkreasi, platform toko daring Lazada, kembali menggelar pelatihan literasi digital, yang ternyata peminatnya cukup tinggi, tercatat berjumlah 400 peserta.

Dalam pelatihan kali ini memiliki tujuan untuk mendorong pelaku usaha lebih kreatif dalam memanfaatkan platform digital untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan transaksi penjualan.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kemenkominfo, Semuel A. Pangerapan mengatakan berdasarkan Indeks Literasi Digital Indonesia bekerja sama dengan Katadata, pada 2020 hingga 2022, indeks literasi digital Indonesia mengalami kenaikan sebesar 0,08 poin, menjadi 3,54.

Kemenkominfo mengingatkan capaian itu jangan membuat berpuas diri karena indeks tersebut menunjukkan Indonesia masih berada pada level sedang, sehingga perlu terus ditingkatkan untuk mendorong pemanfaatan teknologi digital Indonesia ke arah yang positif.

Masifnya penggunaan internet juga meningkatkan berbagai risiko, seperti penipuan, hoaks, intimidasi, dan konten negatif lainnya.

Perlu peningkatan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan industri digital secara produktif, bijak, dan tepat guna.

Pemanfaatan industri digital yang tepat guna akan mampu memberi manfaat besar pada masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Semua teknologi digital tersebut dilengkapi fitur-fitur yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif, salah satunya adalah menjalankan usaha dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Sistem digital

Salah satu tren selama pandemi adalah menjalankan usaha melalui platform toko daring dan media sosial.

Berbagai pembatasan aktivitas secara langsung sejak pandemi, mendorong peningkatan kegiatan belanja daring dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini berdampak pada pertumbuhan pelaku usaha yang menjalankan bisnis dengan memanfaatkan teknologi digital.

VP Government Relations Lazada Indonesia Budi Primawan menjelaskan nyaris semua platform toko daring memiliki banyak fitur yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha dalam mengembangkan bisnis. Namun layaknya menjalankan usaha konvensional, diperlukan pemahaman digital agar bisa memanfaatkan semua fitur yang ada tersebut.

Berbagai fitur dalam platform toko daring, bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pelaku usaha selaku penjual produk.

Dalam praktiknya belum semua pelaku usaha, termasuk penjual di toko daring, memahami untuk memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia untuk bisa menjaring pembeli.

Pasarnya sudah ada. Ada banyak konsumen setia yang ada di berbagai kota di Indonesia. Jadi tidak harus langsung buka toko di Bandung, misalnya, tapi dengan toko daring bisa menjangkau konsumen di sana.

Tidak hanya platform toko daring, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan. Tidak hanya sekadar mengunggah konten, tapi juga berbagai unggahan tentang produk yang bisa mendatangkan transaksi pada akhirnya.

Edho Zell, seorang pemengaruh di media sosial (influencer) dan CEO Social Bread, mencontohkan apa yang dilakukannya melalui media sosial. Saat ini, lebih dari 70 persen keputusan konsumen untuk membeli atau tidak dipengaruhi dari media sosial.

Misalnya, sebagian besar dari konsumen membeli sebuah produk baru cenderung setelah melihat referensi dari media sosial.

Melalui layanan media sosial, pelaku UMKM sudah bisa bersaing dengan perusahaan besar, sehingga jelas konten yang tepat dan menarik menjadi hal wajib bagi pelaku UMKM untuk bisa bersaing dengan perusahaan besar ini.

Selama konten yang disajikan menarik serta memuat informasi produk dengan lengkap, maka sangat bisa bersaing dengan perusahaan sebesar apapun.

Sangat penting pelaku usaha mengenali keunggulan produk yang dijualnya. Butuh "ter" dan "per" untuk membuat produk atau merek bisa dikenali orang.

Setiap produk pasti punya kelebihan. Kalau belum ada, maka poin itu yang perlu dicari. Semakin spesifik produk, potensi terjualnya semakin tinggi dibanding kita menargetkan ke semua. Jadi saat membuat konten di media sosial yang akan dikaitkan dengan target pasar.

Sejalan dengan itu, desainer busana dan pendiri Rhamala Hijab Etnik, Lia Amalia mengakui perjalanan sukses bisnis dilandasi oleh ketekunan.

Amalia tertarik untuk menjadi pengusaha berawal dari memasarkan produk merek lain, saat pandemi, sehingga pada akhirnya berhasil menghadirkan produknya sebagai produk busana Muslim premium di Provinsi Banten.

Tidak lantas berpuas dengan sukses di awal kemunculan, Lia tidak pernah lelah melakukan inovasi agar produknya bisa bertahan dan tetap digemari konsumen Indonesia.

Kampanye kemenangan dengan inovasi dan kreativitas menjadi kunci, selain dari sisi desain. Produsen juga perlu membangun hubungan dengan konsumen, misalnya dengan mengirimkan ucapan ulang tahun, mengirimkan voucer, bahkan menuliskan komen yang tulus di unggahan konsumen.

Perkembangan industri digital dalam membangun perekonomian nasional melalui kesejahteraan pelaku usaha sudah menjadi rangkaian yang tidak bisa dilepas satu sama lain.

Untuk itu, penting terus menumbuhkan pemahaman yang tepat terkait literasi digital agar masyarakat mengetahui apa saja yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan penghasilan , bukan sekadar mengunggah konten semata.

Alhasil, tak hanya terhindar dari risiko berbagai konten negatif di industri digital, masyarakat justru bisa meraup untung, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Media sosial yang dimiliki juga bisa dikelola sebagai salah satu aset promosi untuk mengenalkan bisnisnya lebih luas lagi.

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ingin sukses jadi pengusaha di era digital bukan lagi sekadar impian

Pewarta: Ganet Dirgantara

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023