Jakarta (Antara) - Sebanyak 12 nota kesepahaman antara pengusaha Indonesia dan Tiongkok ditandatangani dalam Forum Bisnis Indonesia - Tiongkok yang diinisiasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada rangkaian kegiatan APEC 2014 di Beijing.

Dari siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Selasa, menyebutkan pada acara yang dihadiri 170 pengusaha Indonesia dan 150 pengusaha Tiongkok tersebut, telah ditandangani 12 Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama di berbagai sektor seperti logistik, transportasi, pertambangan, energi, industri gula tebu dan kawasan industri.

Di sektor logistik telah ditandatangani MoU antara PT Zadasa dengan Shen Zhen Tian He Wei Hang. MoU lainnya adalah PT Resteel Industry dengan China Railway Construction, PT Eka Sampoerna Sukses dengan Fujian Yinhai Group dengan investasi mencapai 1,3 juta dolar AS, Maspion Group dengan Shining Resources dengan total investasi mencapai 100 juta dolar AS untuk pembangunan smelter.

Kemudian Global Sukses Group, Cahaya Sukses International dengan Fujian Tian Mao dengan investasi 1,5 juta dolar AS, PT Wijaya Infrastruktur Indonesia dengan Golden Mega International Holdings mencapai 120 juta dolar AS, PT Integral Mining Nusantara dengan Jiangsu Wei-Wei Mining mencapai 775 juta dolar AS dan PT Sinar Sukses Mandiri dengan Zhong Ji Hao mencapai 306 juta dolar AS.

Kerja sama lainnya adalah antara PT Indonesia Energy Prima dengan SDIC International Trade mencapai 350 juta dolar AS, PT Kayan Hydro Energy dengan Shanghai Electric Power mencapai 17,8 miliar dolar AS, PT Adaro Power dengan China Shenhua Overseas serta PT MAESA Optima Mineral dengan Vansun Holding Group.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyambut baik banyaknya MoU yang tercipta. Kadin menilai bahwa kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Tiongkok masih menyisakan ruang yang luas untuk meningkatkan kemanfaatan bagi kedua negara khususnya Indonesia.

"Sekarang Indonesia perlu berusaha mendapatkan kemanfaatan kerja sama regional maupun bilateral secara optimal bagi kemakmuran rakyat, seperti dengan Tiongkok yang sebenarnya hubungan kerjasamanya sudah terjalin lama," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto melalui keterangan pers.

Suryo mengatakan, kerja sama regional ASEAN juga terus berkembang secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal pada tahun 2015 melalui pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sedangkan secara horizontal, kerja sama antara ASEAN dengan negara-negara lain terus berkembang.

Selain dengan Tiongkok, ASEAN juga mendapat tawaran kerja sama dengan Jepang, Korea, India, Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat.

Kadin Indonesia, kata dia, akan melakukan berbagai upaya serta kerja sama dengan negara lain, khususnya dengan Tiongkok yang dinilai cukup strategis.

"Adanya keinginan Pemerintah Tiongkok untuk membangun Jalan Sutera Abad 21, kita menyambut baik sebagai dorongan untuk mempercepat visi Indonesia sebagai negara maritim," kata Suryo.

Jalan Sutera di masa lalu membentang dari daratan China ke laut di Asia Tenggara, termasuk lautan di kepulauan nusantara.

Ke depan, pihaknya mengharapkan agar kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok bisa lebih produktif, seimbang dan sejajar.

Senada dengan Suryo, Presiden RI Joko Widodo mengatakan bahwa kerja sama diantara kedua negara harus saling menguntungkan dan memperhatikan kualitas.

Jokowi mengatakan, kerja sama diantara Indonesia dengan Tiongkok dilakukan untuk mempercepat pembangunan. Dia pun mengatakan akan membangun 24 pelabuhan yang tersebar di daerah-daerah Indonesia.

Selain itu peluang untuk investasi lainnya adalah pembangunan pembangkit listrik karena daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi masih kekurangan listrik.

"Di power plant ada masalah perizinan dan pembebasan lahan. Dulu perizinan mengurus power plant bisa mencapai 2 tahun, 4 tahun bahkan 6 tahun. Ini masalah besar yang harus diselesaikan, kita akan ada kantor perizinan one stop service untuk investasi," kata Jokowi.

Hingga saat ini, lanjut mantan gubernur DKI Jakarta itu masih ada defisit neraca perdagangan yang besar karena impor minyak masih tinggi sehingga ke depan Indonesia akan berupaya menaikkan produksi minyak.

"Untuk hasil pertambangan, Indonesia akan menjual barang dengan minimal setengah jadi dan barang jadi," ujar Jokowi. ***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014