Mukomuko (Antara) - Pemerintah pusat maupun daerah terus berusaha menemukan solusi untuk membasmi nyamuk penyebab penyakit demam berdarah dengue atau DBD.

Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penderitanya bisa demam, bahkan dapat meninggal dunia bila tidak segera diobati.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah, mulai dari "fogging focus" di wilayah yang ditemukan kasus DBD sampai penaburan bubuk abate di sumber air tempat hidup jentik nyamuk jenis ini.

Tidak hanya itu, berbagai imbauan sering disampaikan kepada warga masyarakat agar menerapkan perilaku prilaku hidup bersih sehat (PHBS) di lingkungan tempat tinggalnya.

Selain upaya tersebut, Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, melalui Dinas Kesehatan setempat mencoba memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD ke berbagai sekolah.

"Penyuluhan itu bagusnya di sekolah untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengetahui tentang penyakit DBD," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Syafriadi, melalui petugas Monitoring dan Evaluasi Global Fund Ruli Herlindo.

Ia mengatakan, instansi itu melakukannya di sekolah agar dapat dipahami dan selanjutnya diterapkan oleh anak-anak atau pelajar dalam kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, penyuluhan seperti ini efektif disampaikan kepada anak-anak karena mereka lebih takut terhadap gurunya.

"Kalau kita sampaikan salah satu contoh baju yang digantung itu dapat menjadi sarang nyamuk membawa virus dengue, maka anak-anak dapat mempraktikkannya dengan menyampaikan kepada orang tuanya pengetahuan yang didapatnya," ujarnya.

Berbeda kalau penyuluhan itu disampaikan kepada orang dewasa, menurutnya, mereka paham mengenai cara menghindari penyakit ini tetapi tidak langsung diterapkannya.

Selanjutnya, katanya, instansi itu akan meningkatkan penyuluhan mengenai DBD ini ke sekolah di daerah itu.

Ia berharap, dengan penyuluhan rutin DBD ke sekolah semakin banyak kader yang dapat membasmi nyamuk penyebab penyakit DBD di daerah itu.

Karena, lanjutnya, selama ini dinas itu melalui puskesmas sudah berulang kali menyampaikan agar warga membiasakan diri untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS). 

Cara ini juga merupakan salah satu upaya untuk membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit DBD.

Selain itu, katanya, setiap tahun petugas di instansi ini tetap melakukan "fogging focus" atau pengasapan di lokasi yang ditemukan kasus DBD dengan radius 200 meter dari temuan kasus penyakit.

Kasus DBD Meningkat

Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko mencatat selama periode bulan Januari 2015 sebanyak enam orang warga setempat yang terserang penyakit demam berdarah dengue atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2014.

"Kasus DBD terus meningkat setiap tahun. Baru bulan Januari ini saja sebanyak enam orang terserang DBD atau meningkat dibandingkan bulan Januari tahun 2014 satu orang," ujarnya. 

Ia mengatakan, kasus DBD di daerah itu mulai mengalami peningkatan sejak dua tahun terakhir dari sebanyak 21 kasus tahun 2013 menjadi 42 kasus tahun 2014.

Menurutnya, penyebab meningkatnya kasus DBD di daerah ini salah satunya karena kurangnya kesadaran warga di daerah itu untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungannya.

Padahal, katanya, PHBS ini dapat membatasi perkembang biakan jentik nyamuk yang menularkan virus dengue. 

Warga selama ini, menurutnya, beranggapan dengan "fogging" dapat terbebas dari nyamuk DBD ini. Padahal saat diasapi itu yang mati tersebut nyamuk dewasa. 

Sementara, lanjutnya, jentik nyamuk masih tetap hidup bahkan semakin resisten atau kebal terhadap racun.

Ia mengatakan, selama ini instansi itu melalui puskesmas rutin menyampaikan penyuluhan mengenai DBD kepada warga setempat tetapi tetap saja jumlah kasus DBD meningkat. 

Menurutnya, semua ini karena warga tidak mau menerapkan apa yang telah disampaikan tenaga penyuluhan. Padahal saat penyuluhan warga itu sudah mengetahuinya tetapi tidak diterapkannya.

Ia menyebutkan, enam kasus DBD pada Januari 2015 tersebar di Kecamatan XIV Koto, Kecamatan Kota Mukomuko, Kecamatan Teramang Jaya, Kecamatan Pondok Suguh, Kecamatan Malin Deman.

Anggaran Berkurang

Sementara itu anggaran untuk kegiatan "fogging focus" tahun 2015 berkurang dari sebanyak Rp112 juta menjadi Rp75 juta.

Karena anggaran untuk pengasapan fokus di wilayah yang ditemukan kasus DBD, sehingga sasaran "fogging" juga berkurang dari sebanyak 6000 rumah menjadi 3500 rumah.

Meskipun anggaran dan sasaran untuk "fogging" berkurang, katanya, pihaknya akan tetap melakukan fogging fokus di wilayah yang ditemukan kasus DBD.

Mengenai kekurangan anggaran untuk itu, lanjutnya, akan diusulkan lagi di akhir tahun dalam APBD perubahan. 

Butuh Alat Pendeteksi DBD 

Sementara itu Dinas Kesehatan setempat tahun ini mengusulkan alat pendeteksi penyakit DBD yang diderita oleh warga setempat untuk puskesmas perawatan di daerah itu.

Ia mengatakan, puskesmas butuh alat tersebut agar penanganan warga yang menderita penyakit DBD ini cepat ditangani.

"Kalau selama ini setiap ada pasien DBD puskesmas minta bantuan ke rumah sakit umum daerah setempat untuk mengetahui jenis penyakit pasiennya," ujarnya.

Menurutnya, wajar saja puskesmas melakukan itu mereka tidak punya alat pendeteksi penyakit itu. Selain itu tidak mau berasumsi terhadap penyakit jenis ini.

Ia mengatakan, rencananya Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu akan memberikan sebanyak 25 alat tes DBD ini. Alat ini sementara diserahkan ke rumah sakit umum daerah.

Selanjutnya, katanya, instansi itu akan mengajukan kembali ke Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu agar membagikan alat itu ke puskesmas perawatan di Kecamatan Teramang Jaya, Kecamatan Ipuh, Kecamatan Pondok Suguh, Kecamatan Air Rami, Kecamatan Penarik, dan Kecamatan Lubuk Pinang.



Bagikan Kelambu

Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tahun lalu telah membagikan 23.100 kelambu gratis kepada warga yang tersebar di 148 desa dan tiga kelurahan di daerah itu. 

"Sebanyak 23.100 kelambu tersebut bantuan dari GF (Global Fund) untuk dibagikan kepada warga Mukomuko," ujarnya.

Ia mengatakan, pembagian kelambu tersebut diutamakan bagi warga di wilayah endemis tinggi penyakit DBD dan malaria.

Menurut dia, berdasarkan Anual Parasit Insiden (API), yang paling diprioritaskan menerima bantuan kelambu tersebut adalah warga di Kecamatan Teramang Jaya.

"Desa-desa di kecamatan ini hampir 100 persen akan mendapatkan pembagian kelambu tersebut. Kecuali Desa Lubuk Selandak yang tidak ada kasus DBD dan malaria," ujarnya.

Ia menjelaskan, warga di wilayah yang tinggi kasus penyakit ini akan menerima lebih banyak kelambu masing-masing kelapa keluarga menerima dua lembar kelambu.***4***

Pewarta: Oleh Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015