Rejanglebong (Antara) - Anjloknya harga jual buah tomat di Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu sejak dua bulan belakangan membuat kalangan petani setempat mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.

"Walah mas boro-boro mau balik modal, kembali setengah saja sudah beruntung, sekarang harga tomat ditingkatan petani hanya Rp300/kg, kalau dapat delapan ton duitnya baru Rp2,4 juta sedangkan modal lebih dari Rp10 juta," kata Juhardi (36) salah seorang petani tomat di Kelurahan Simpang, Jumat.

Menurut dia petani setempat yang kebanyakan merupakan petani penggarap dengan permodalan yang diberikan oleh para "toke" sayuran, dengan turunnya harga maka petani selain mengalami kerugian juga terjerat hutang.

Juhardi yang mengolah lahan seluas 1/4 hektare, setidaknya harus mengeluarkan permodalan hingga Rp10 juta yang meliputi biaya pembelian benih, pupuk dan obatan-obatan pertanian serta sewa lahan yang harus dibayar setiap kali musim panen berakhir kepada toke yang memberikan permodalan, dan keuntungannya dibagi dua.

Untuk sekali tanam buah tomat dirinya tambah dia, membutuhkan permodalan hingga Rp10 juta, biaya ini diantaranya digunakan untuk pembelian mulsa atau plastik hampar sebanyak 2,5 gulung seharga Rp1 juta, kemudian tiga bungkus benih tomat seharga Rp390.000 serta kotak kemas buah seharga Rp15.000 perbuahnya.

Kemudian 27 zak pupuk kimia terdiri dari pupuk phonska sebanyak sembilan zak yang zaknya seharga Rp150.000, kemudian sembilan zak pupuk SP-36, dan sembilan zak pupuk ZA serta tambah 18 karung pupuk organik yang perkarungnya dibeli seharga Rp19.000.

Selain itu dia juga harus membeli bambu penyangga tanaman atau sebut petani setempat "lanjar" sebanyak 100 batang senilai Rp350.000, tali plastik sebanyak tiga kilogram seharga Rp150.00, serta obat-obatan pertanian yang digunakan untuk mencegah terjadi serangan hampa penyakit terutama penyakit daun keriting atau yang disebut petani setempat "mentek" dan serangan jamur.

Pewarta: Oleh Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015