Mukomuko (ANTARA Bengkulu) - Udara pada malam hari di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, sejak tiga hari terakhir sangat panas dan membuat warga kegerahan ketika berada dalam rumah.
"Hampir tiap malam sejak seminggu ini udara yang kami rasakan sangat panas dan membuat seluruh tubuh menjadi gerah akibatnya sulit tidur," kata Warga Kelurahan Bandar Ratu Chandra, di Mukomuko, Rabu.
Udara menjadi panas, kata dia, karena di luar rumah angin tidak tidak lagi bertiup apalagi saat berada dalam rumah.
"Sudah kami buka jendela pada malam hari tetapi cuaca tetap saja panas dan terpaksa kami menggunakan kipas angin saat tidur," ujarnya lagi.
Udara panas di daerah yang berjarak sejauh 270 sebelah utara Kota Bengkulu itu, mulai terjadi sejak sepekan terakhir menyusul hujan yang semakin jarang turun dalam kurun waktu lama.
"Pernah hujan turun pada dua pekan lalu tetapi tidak lama setelah beberapa hari berikutnya hari itu berkelang beberapa hari cuaca mulai panas lagi," ujarnya menambahkan.
Dewan Pendiri LSM Komunitas Masyarakat Peduli Alam Sekitar Juni Kurniadiana menilai, cuaca panas mudah sekali terjadi di daerah itu karena alam di pemukiman penduduk semakin rusak.
"Pohon-pohon sekarang sudah jarang ditemui di depan dan belakang rumah, yang banyak sekarang itu tanaman sawit," ujarnya lagi.
Meskipun tanaman sawit bukan satu-satunya penyebab cuaca cepat menjadi panas saat musim kemarau tetapi sedikit berpengaruh, untuk itu, upaya yang harus dilakukan pemerintah sekarang itu menghentikan perluasan kebun sawit.
"Buat kebijakan dan aturan itu agar tidak terjadi pemanasan global dan berkurangnya debir air sungai," ujarnya lagi.(fto)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Hampir tiap malam sejak seminggu ini udara yang kami rasakan sangat panas dan membuat seluruh tubuh menjadi gerah akibatnya sulit tidur," kata Warga Kelurahan Bandar Ratu Chandra, di Mukomuko, Rabu.
Udara menjadi panas, kata dia, karena di luar rumah angin tidak tidak lagi bertiup apalagi saat berada dalam rumah.
"Sudah kami buka jendela pada malam hari tetapi cuaca tetap saja panas dan terpaksa kami menggunakan kipas angin saat tidur," ujarnya lagi.
Udara panas di daerah yang berjarak sejauh 270 sebelah utara Kota Bengkulu itu, mulai terjadi sejak sepekan terakhir menyusul hujan yang semakin jarang turun dalam kurun waktu lama.
"Pernah hujan turun pada dua pekan lalu tetapi tidak lama setelah beberapa hari berikutnya hari itu berkelang beberapa hari cuaca mulai panas lagi," ujarnya menambahkan.
Dewan Pendiri LSM Komunitas Masyarakat Peduli Alam Sekitar Juni Kurniadiana menilai, cuaca panas mudah sekali terjadi di daerah itu karena alam di pemukiman penduduk semakin rusak.
"Pohon-pohon sekarang sudah jarang ditemui di depan dan belakang rumah, yang banyak sekarang itu tanaman sawit," ujarnya lagi.
Meskipun tanaman sawit bukan satu-satunya penyebab cuaca cepat menjadi panas saat musim kemarau tetapi sedikit berpengaruh, untuk itu, upaya yang harus dilakukan pemerintah sekarang itu menghentikan perluasan kebun sawit.
"Buat kebijakan dan aturan itu agar tidak terjadi pemanasan global dan berkurangnya debir air sungai," ujarnya lagi.(fto)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012