Sosiolog Universitas Pattimura (Unpatti) Feky Manuputty mengemukakan perilaku hedonisme yang tak dibarengi kekuatan ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong maraknya prostitusi pada remaja di Kota Ambon.

"Perilaku hedonisme menjadi pendorong seorang remaja untuk terjerumus ke dalam prostitusi karena mudah untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah akibat pengaruh orang lain," ujar Feky di Ambon, Senin.

Si tengah gempuran teknologi, lanjutnya, muncul rasa saling gengsi antar-remaja pada hal-hal tertentu dengan nilai ekonomi tertentu. "Ekonomi yang pas-pasan namun keinginan yang tinggi, akhirnya untuk mencapai keinginan mereka melakukan segala macam cara, termasuk itu tadi," tuturnya.

Baca juga: Remaja perempuan di Palembang jadi tersangka TPPO

Selain itu ia melihat kurangnya pengawasan orang tua dan bagaimana orang tua atau keluarga terdekat dalam memberikan muatan-muatan positif kepada anak atau remaja.

"Pranata keluarga, pranata agama, dan pranata pendidikan, mestinya berperan penting dalam membentuk pola pikir seseorang dalam bergaul. Kita lihat banyak contoh mahasiswa yang jauh dari orang tua dan keluarga yang mudah terjerumus itu karena tiga fungsi di atas diabaikan," katanya.

Oleh karena itu, menurutnya, solusi dari prostitusi anak di bawah umur atau remaja di Kota Ambon dapat terselesaikan dengan memperkuat pengawasan dari keluarga dalam hal ini orang tua kepada anak mereka.

"Jika transformasi nilai dan norma kepada anak dilakukan secara maksimal sejak usia dini, maka kemungkinan hal-hal negatif bisa dihindari," katanya.

Terkait hal itu, Ketua Komisi I DPRD Kota Ambon, Jafry Taihuttu mengaku terkejut dengan temuan Dinas Sosial yang menyatakan ada praktek prostitusi anak di bawah umur.

Baca juga: Polisi tangkap remaja sewakan indekos untuk prostitusi terselubung

"Kita juga kaget bahwa ada prostitusi di bawah umur. Dinas sosial sendiri mendapatkan satu orang saat razia,” katanya .

Untuk memberantas prostitusi gelap terselubung, pihaknya bersama sejumlah pemangku kepentingan akan mendatangi tempat-tempat hiburan malam seperti karaoke, kafe, penginapan, dan hotel kelas melati.

“Kita dari Komisi I langsung bersama Dinkes, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), Dinas Sosial (Dinsos), Satpol PP, wartawan dan NGO, akan langsung datang ke tempat hiburan malam untuk sekaligus penanganan HIV/AIDS juga,” ungkapnya.

Ia menegaskan temuan praktek prostitusi anak di bawah umur 17 tahun ini menjadi fokus komisi dan pemangku kepentingan untuk ditangani bersama.

“Saya kira ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menaruh perhatian serius ke masalah ini,” ucapnya.

Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023