Pemerintah Jepang pada Selasa mengatakan mendapat pemberitahuan bahwa Korea Utara berniat meluncurkan "satelit pengintai militer" antara Kamis dan 31 Agustus yang diyakini sebagai percobaan ulang atas uji coba yang gagal pada 31 Mei lalu.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memerintahkan badan pemerintah terkait untuk menganalisa rencana Korut sebanyak mungkin dan bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk mendesak Pyongyang agar tidak melakukan peluncuran tersebut.

Kishida mengatakan kepada wartawan bahwa Jepang memandang peluncuran roket dengan satelit oleh Korut setara dengan menembakkan rudal balistik, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan mengakibatkan penerapan sanksi terhadap Pyongyang.

Penjaga Pantai Jepang mengatakan mendapat pemberitahuan pada Selasa dini hari bahwa Korut akan menetapkan tiga zona bahaya maritim -- dua diantaranya adalah bagian barat Semenanjung Korea, sementara yang ketiga ada bagian timur pulau Luzon, Filipina. Ketiga area berada di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.

Pemberitahuan muncul setelah para pemimpin Jepang, AS dan Korsel menyetujui peningkatan kerja sama dalam melawan perkembangan pesat kemampuan nuklir dan rudal Korut dalam konferensi trilateral dekat Washington pada Jumat.

Ketiga negara tetap waspada atas Korut di tengah kekhawatiran mengenai potensi tindakan provokatif lebih lanjut oleh Pyongyang, termasuk waktu uji coba rudal balistik antar benua yang bersamaan dengan latihan militer skala besar yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Pada lima kesempatan terakhir, Korut telah meluncurkan "satelit" pada tiga hari pertama jendela peluncurannya setelah memberi tahu orang lain bahwa mereka akan melakukannya.

Setelah pemberitahuan Korut pada Mei, menteri pertahanan Jepang memerintahkan Pasukan Bela Diri untuk menghancurkan setiap rudal yang ditembakkan Korut yang diperkirakan melintasi wilayah Jepang menggunakan rudal pencegat Patriot Advanced Capability-3 berbasis darat dan kapal perang perusak yang dilengkapi Aegis.

Korut mengatakan kegagalan peluncuran adalah akibat "keandalan dan stabilitas rendah dari sistem mesin tipe baru." Mereka juga berjanji untuk melakukan percobaan lain “sesegera mungkin,” menurut Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola pemerintah.

Militer Korsel mengatakan pada saat itu bahwa proyektil itu adalah rudal balistik jarak jauh yang jatuh sekitar 200 kilometer dari pulau Eochong negara itu di Laut Kuning.

AS dan sekutu regionalnya segera mengutuk Korut karena menggunakan teknologi rudal balistik yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023