Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Aceh menyebut banjir yang dalam sepekan terakhir melanda bagian wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sebagai indikator parahnya tingkat kerusakan hutan.

"Intensitas banjir yang terjadi di Aceh Tenggara sepekan ini membuktikan bahwa kerusakan hutan semakin masif terjadi di Aceh Tenggara," kata Direktur WALHI Aceh Ahmad Salihin di Banda Aceh, Kamis.

Salihin menyampaikan bahwa kerusakan hutan antara lain terjadi akibat pembalakan liar, alih fungsi area hutan menjadi lahan perkebunan, kebakaran hutan dan lahan, serta pembukaan jalan baru.

Menurut dia, pembukaan jalan baru dari Jambur Latong di Kutacane sampai ke perbatasan Sumatera Utara memudahkan para perambah hutan mencapai kawasan hutan untuk menebang pohon.

Salihin menjelaskan bahwa wilayah Aceh Tenggara luasnya 414.664 hektare dan sekitar 92 persen di antaranya berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), tempat gajah sumatera, badak sumatera, harimau sumatera, dan orang utan sumatera tinggal.

Di wilayah Aceh Tenggara, menurut dia, kerusakan hutan sebagian besar terjadi di kawasan hutan lindung dan taman nasional yang seharusnya dijaga dan dilindungi.

Ia mengatakan bahwa luas hutan lindung di Aceh Tenggara telah menyusut dari 79.267 hektare menjadi 68.218 hektare dan luas area taman nasionalnya berkurang dari 278.205 hektare menjadi 257.610 hektare.

"Kondisi hutan di Aceh Tenggara terus menyusut setiap tahunnya sejak 2014 ini yang kemudian menjadi pemicu banjir bila hujan lebat melanda," katanya.

Ia mengemukakan, jika pohon-pohon di hutan terus ditebangi maka wilayah Aceh Tenggara akan menghadapi dampak banjir yang lebih besar.

"Pohon itu memiliki peran penting untuk mencegah banjir, terutama banjir bandang, karena pohon sebagai penghalang air banjir, sehingga air meresap dan banjir dapat teratasi. Jadi kalau hutan sudah gundul, tidak ada lagi yang menahan air," katanya.

Selain menyebabkan banjir, Salihin mengatakan, kerusakan hutan memicu peningkatan konflik satwa liar dengan manusia.

Oleh karena itu, WALHI Aceh mendesak pemerintah segera bertindak mengatasi kerusakan hutan dan mencegah kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan hutan.

Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyampaikan bahwa banjir yang melanda Aceh Tenggara dalam sepekan terakhir berdampak pada 2.230 keluarga yang meliputi 8.101 jiwa dan memaksa 326 orang mengungsi.

Banjir yang melanda 28 gampong di lima kecamatan di Aceh Tenggara juga dilaporkan merusak lahan padi seluas 350,50 hektare dan lahan jagung seluas 53 hektare serta menyebabkan Jembatan Lawe Hijo Ampera terputus.


Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
 

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023