Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan rupiah melemah di tengah ekspektasi perekonomian Amerika Serikat (AS) akan tetap lebih tangguh terhadap kenaikan suku bunga dan harga minyak dibandingkan negara lain.
“Federal Reserve pada pekan lalu memperingatkan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Di sisi lain, penutupan sebagian pemerintah (partial government shutdown) AS dinilai segera terjadi, sehingga dapat mempengaruhi rilis data ekonomi dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.
Pada Jumat (29/9), Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS telah menolak rancangan undang-undang yang mengusulkan untuk mendanai sementara pemerintah, sehingga memastikan bahwa sebagian lembaga federal akan ditutup mulai Minggu (1/10).
“Penutupan pemerintahan akan ‘merusak’ kemajuan ekonomi AS dengan menghentikan program-program utama bagi usaha kecil dan anak-anak, dan dapat menunda perbaikan infrastruktur besar-besaran, kata Menteri Keuangan AS Janet Yellen,” ungkap Ibrahim.
Menurut Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, dengan persoalan anggaran operasional pemerintah guna mencegah penutupan pemerintahan AS telah berhasil diselesaikan Kongres AS untuk sementara, perhatian pasar kembali ke kebijakan suku bunga tinggi AS.
Pascarapat kebijakan The Fed yang terakhir, ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga AS sekali lagi pada tahun ini masih tinggi. Apalagi, data ekonomi AS yang dalam beberapa hari terakhir telah dirilis memperlihatkan tingkat inflasi masih belum turun ke target 2 persen dengan kondisi ekonomi AS yang masih solid.
Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 70 poin atau 0,45 persen menjadi Rp15.530 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.460 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin turut melemah ke posisi Rp15.519 dari sebelumnya Rp15.487 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023