Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Denny Januar Ali, menilai segmen “wong cilik” lebih dekat dengan karakter Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka sehingga memiliki efek elektoral yang lebih efektif dalam memenangkan pertarungan pilpres.
Hal itu disampaikan Denny JA merespons kemungkinan apabila putra sulung Presiden RI Joko Widodo itu menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
“Segmen pemilih ‘wong cilik’ ini lebih dekat dengan karakter Gibran. Jauh lebih memiliki efek elektoral jika Gibran sesering mungkin, sebanyak mungkin, datang ke segmen ‘wong cilik’ ini. Gibran mendatangi mereka dengan membawa program ekonomi kerakyatan untuk memakmurkan, menyejahterakan rakyat kecil itu,” kata Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Gibran tanggapi keputusan MK soal batas usia capres-cawapres
Dia menilai jauh lebih produktif jika Gibran mengalihkan perhatiannya bukan ke kalangan terpelajar yang persentasenya hanya 10 persen dari total pemilih, melainkan ke kalangan wong cilik yang merupakan mayoritas 60 persen dari populasi pemilih.
“Segmen prioritas yang harus disentuh Gibran adalah 'wong cilik'. Ini segmen pemilih yang tingkat pendidikan dan ekonominya rendah. Mereka banyak di desa ataupun di kota,” ujarnya.
Dia juga menilai bahwa tantangan Gibran saat ini adalah untuk menaikkan tingkat pengenalannya di atas 80 persen. Hal tersebut, kata dia, merupakan cara yang jauh lebih produktif bagi Gibran untuk ikut menyumbangkan kemenangan jika benar menjadi bakal cawapres Prabowo.
“Tantangan Gibran sekarang, bagaimana ia menaikkan tingkat pengenalannya di atas 80 persen pada bulan Febuari 2024 kelak, sementara tingkat kesukaan publik padanya harus tetap di atas 80 persen,” ucapnya.
Baca juga: Gibran maju Pilpres 2024, JK: Kualitas wapres harus setara presiden
Sebab berdasarkan survei LSI Denny JA pada September 2023, dia menyebut Gibran saat ini dikenal oleh sekitar 65,4 persen dari populasi pemilih, serta disukai oleh 81, 2 persen oleh pemilih yang mengenalnya.
“Ini tingkat pengenalan dan kesukaan yang sangat tinggi untuk kualifikasi elektoral seorang calon wakil presiden. Posisi elektoral Gibran bahkan saat ini lebih tinggi dibandingkan Mahfud MD, ataupun dibandingkan Muhaimin Iskandar,” tuturnya.
Dia menilai jika posisi elektoral itu bisa dicapai Gibran, maka akan dapat membalikkan kritik dan serangan yang kiranya dialamatkan kepada dirinya. Misalnya, disebut terlalu muda dan belum mumpuni sebagai pemimpin, dianggap meneruskan dinasti politik Presiden Jokowi, hingga dianggap mengkhianati PDIP yang telah membesarkan keluarganya.
“Jika posisi elektoral itu bisa dicapai Gibran maka semua kritik, serangan, hantaman yang sudah dan akan terus datang, itu justru menjadi pil pahit yang akan membuatnya menjadi pemimpin yang lebih kuat, dan lebih matang,” katanya.
Di awal, Denny JA menuturkan bahwa Gibran berpotensi mendapatkan tekanan, serangan, dan kritik dalam pertarungan politik apabila tiga hal terjadi, yaitu apabila Gibran terpilih sebagai bakal cawapres dari Prabowo Subianto.
Baca juga: Hasto: Gibran sudah lapor ke PDIP soal dipinang jadi cawapres Prabowo
Kedua, lanjut dia, Gibran akan berhadapan melawan PDI Perjuangan (PDIP) yang merupakan partainya saat ini apabila bersanding dengan Prabowo.
“Maka Gibran berseberangan dengan PDIP. Pastilah jika menjadi cawapres Prabowo, Gibran akan keluar dari PDIP. Jika tidak keluar, ia akan diberhentikan dari PDIP. Ini juga peristiwa besar lain bagi Gibran. Selama ini Gibran tumbuh di PDIP, besar di sana, bahkan juga ayahnya, Jokowi, juga besar di PDIP sejak pilkada Wali kota, Gubernur, hingga menjadi Presiden,” ucap dia.
Ketiga, ujarnya lagi, Gibran akan di-”Golkarkan” alias menjadi anggota Partai Golkar. “Karena Gibran tak lagi punya partai, sementara ideal bagi Prabowo jika cawapresnya berasal dari partai besar lain, Partai Golkar, maka Gibran pun akan digolkarkan,” kata Denny JA.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
Hal itu disampaikan Denny JA merespons kemungkinan apabila putra sulung Presiden RI Joko Widodo itu menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
“Segmen pemilih ‘wong cilik’ ini lebih dekat dengan karakter Gibran. Jauh lebih memiliki efek elektoral jika Gibran sesering mungkin, sebanyak mungkin, datang ke segmen ‘wong cilik’ ini. Gibran mendatangi mereka dengan membawa program ekonomi kerakyatan untuk memakmurkan, menyejahterakan rakyat kecil itu,” kata Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Gibran tanggapi keputusan MK soal batas usia capres-cawapres
Dia menilai jauh lebih produktif jika Gibran mengalihkan perhatiannya bukan ke kalangan terpelajar yang persentasenya hanya 10 persen dari total pemilih, melainkan ke kalangan wong cilik yang merupakan mayoritas 60 persen dari populasi pemilih.
“Segmen prioritas yang harus disentuh Gibran adalah 'wong cilik'. Ini segmen pemilih yang tingkat pendidikan dan ekonominya rendah. Mereka banyak di desa ataupun di kota,” ujarnya.
Dia juga menilai bahwa tantangan Gibran saat ini adalah untuk menaikkan tingkat pengenalannya di atas 80 persen. Hal tersebut, kata dia, merupakan cara yang jauh lebih produktif bagi Gibran untuk ikut menyumbangkan kemenangan jika benar menjadi bakal cawapres Prabowo.
“Tantangan Gibran sekarang, bagaimana ia menaikkan tingkat pengenalannya di atas 80 persen pada bulan Febuari 2024 kelak, sementara tingkat kesukaan publik padanya harus tetap di atas 80 persen,” ucapnya.
Baca juga: Gibran maju Pilpres 2024, JK: Kualitas wapres harus setara presiden
Sebab berdasarkan survei LSI Denny JA pada September 2023, dia menyebut Gibran saat ini dikenal oleh sekitar 65,4 persen dari populasi pemilih, serta disukai oleh 81, 2 persen oleh pemilih yang mengenalnya.
“Ini tingkat pengenalan dan kesukaan yang sangat tinggi untuk kualifikasi elektoral seorang calon wakil presiden. Posisi elektoral Gibran bahkan saat ini lebih tinggi dibandingkan Mahfud MD, ataupun dibandingkan Muhaimin Iskandar,” tuturnya.
Dia menilai jika posisi elektoral itu bisa dicapai Gibran, maka akan dapat membalikkan kritik dan serangan yang kiranya dialamatkan kepada dirinya. Misalnya, disebut terlalu muda dan belum mumpuni sebagai pemimpin, dianggap meneruskan dinasti politik Presiden Jokowi, hingga dianggap mengkhianati PDIP yang telah membesarkan keluarganya.
“Jika posisi elektoral itu bisa dicapai Gibran maka semua kritik, serangan, hantaman yang sudah dan akan terus datang, itu justru menjadi pil pahit yang akan membuatnya menjadi pemimpin yang lebih kuat, dan lebih matang,” katanya.
Di awal, Denny JA menuturkan bahwa Gibran berpotensi mendapatkan tekanan, serangan, dan kritik dalam pertarungan politik apabila tiga hal terjadi, yaitu apabila Gibran terpilih sebagai bakal cawapres dari Prabowo Subianto.
Baca juga: Hasto: Gibran sudah lapor ke PDIP soal dipinang jadi cawapres Prabowo
Kedua, lanjut dia, Gibran akan berhadapan melawan PDI Perjuangan (PDIP) yang merupakan partainya saat ini apabila bersanding dengan Prabowo.
“Maka Gibran berseberangan dengan PDIP. Pastilah jika menjadi cawapres Prabowo, Gibran akan keluar dari PDIP. Jika tidak keluar, ia akan diberhentikan dari PDIP. Ini juga peristiwa besar lain bagi Gibran. Selama ini Gibran tumbuh di PDIP, besar di sana, bahkan juga ayahnya, Jokowi, juga besar di PDIP sejak pilkada Wali kota, Gubernur, hingga menjadi Presiden,” ucap dia.
Ketiga, ujarnya lagi, Gibran akan di-”Golkarkan” alias menjadi anggota Partai Golkar. “Karena Gibran tak lagi punya partai, sementara ideal bagi Prabowo jika cawapresnya berasal dari partai besar lain, Partai Golkar, maka Gibran pun akan digolkarkan,” kata Denny JA.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023