Harga emas berjangka turun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) dipicu penguatan dolar AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange ditutup turun 2,2 dolar AS atau 0,11 persen menjadi 1.964,3 dolar AS per ounce.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (15/11) bahwa indeks harga produsen (PPI) AS turun 0,5 persen pada Oktober setelah naik 0,4 persen pada September, penurunan terbesar sejak April 2020 dan mengindikasikan meredanya tekanan inflasi.
Sementara itu, indeks harga konsumen (CPI) AS pada Oktober naik 3,2 persen dari tahun lalu, turun dari 3,7 persen pada bulan sebelumnya.
Dengan data CPI dan PPI yang lebih lemah dari perkiraan, pasar memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan Desember, atau bahkan mungkin kali ini bank sentral akan selesai dengan siklus kenaikan suku bunga.
Data ekonomi lainnya yang dirilis Rabu (15/11) beragam. Indeks kondisi bisnis Empire State The Fed New York, yang mengukur aktivitas manufaktur di negara bagian tersebut, naik 13,7 poin menjadi 9,1 pada November yang merupakan level tertinggi sejak April.
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS turun 0,1 persen pada Oktober menjadi 705 miliar dolar, turun sedikit dari revisi kenaikan sebesar 0,9 persen pada bulan sebelumnya. Angka tersebut sedikit lebih baik dibandingkan ekspektasi median para ekonom.
Logam mulia lainnya, perak, untuk pengiriman Desember ditutup naik 40,6 sen atau 1,76 persen ke 23,538 dolar AS per ounce. Sedangkan platinum untuk pengiriman Januari ditutup naik 9,2 dolar AS atau 1,03 persen ke 902 dolar AS per ounce.
Sumber: Xinhua
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange ditutup turun 2,2 dolar AS atau 0,11 persen menjadi 1.964,3 dolar AS per ounce.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (15/11) bahwa indeks harga produsen (PPI) AS turun 0,5 persen pada Oktober setelah naik 0,4 persen pada September, penurunan terbesar sejak April 2020 dan mengindikasikan meredanya tekanan inflasi.
Sementara itu, indeks harga konsumen (CPI) AS pada Oktober naik 3,2 persen dari tahun lalu, turun dari 3,7 persen pada bulan sebelumnya.
Dengan data CPI dan PPI yang lebih lemah dari perkiraan, pasar memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan Desember, atau bahkan mungkin kali ini bank sentral akan selesai dengan siklus kenaikan suku bunga.
Data ekonomi lainnya yang dirilis Rabu (15/11) beragam. Indeks kondisi bisnis Empire State The Fed New York, yang mengukur aktivitas manufaktur di negara bagian tersebut, naik 13,7 poin menjadi 9,1 pada November yang merupakan level tertinggi sejak April.
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS turun 0,1 persen pada Oktober menjadi 705 miliar dolar, turun sedikit dari revisi kenaikan sebesar 0,9 persen pada bulan sebelumnya. Angka tersebut sedikit lebih baik dibandingkan ekspektasi median para ekonom.
Logam mulia lainnya, perak, untuk pengiriman Desember ditutup naik 40,6 sen atau 1,76 persen ke 23,538 dolar AS per ounce. Sedangkan platinum untuk pengiriman Januari ditutup naik 9,2 dolar AS atau 1,03 persen ke 902 dolar AS per ounce.
Sumber: Xinhua
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023