Hanya dalam tempo kurang lebih tiga hari saja sudah cukup membuat jutaan rakyat Argentina memiliki perasaan bahagia yang tiada duanya.
Dari Brazil ke Indonesia dan dari Rio de Janeiro ke Jakarta, senyum warga Argentina bersemayam di dua negara beda benua itu.
Sepak bola Argentina terasa sempurna dalam satu minggu terakhir karena dua tim nasionalnya, senior dan U-17, sama-sama menaklukkan rival abadi mereka, Brazil, di kejuaraan level dunia.
Di level senior, kemenangan 1-0 melalui gol Nicolas Otamendi pada menit ke-63 yang menggetarkan gawang Alisson Becker, membungkam puluhan ribu suporter tuan rumah Brazil di Stadion Maracana, Rabu (22/11).
Perjamuan pertama Negeri Tango pada ajang kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Amerika Selatan itu tuntas dengan catatan-catatan spesial yang semakin memundurkan level sepak bola Brazil dari Argentina dalam beberapa tahun terakhir.
Pertama, kemenangan itu membuat Argentina memuncaki klasemen sementara kualifikasi 1 zona Amerika Selatan dengan 15 poin, meninggalkan tim Samba di peringkat keenam dengan 7 poin.
Kedua, sebagai rival terberat, warga Argentina tersenyum sumringah karena kemenangan di kandang Brazil, di Maracana menjadi catatan kelam bagi tim tuan rumah yang menderita kekalahan di kandang untuk pertama kalinya sepanjang sejarah keikutsertaan dalam kualifikasi Piala Dunia.
Ketiga, kemenangan itu membuat sang rival meneruskan luka kekalahan tiga laga berturut-turut setelah sebelumnya ditaklukkan Uruguay dan Kolombia. Terakhir, kemenangan tersebut mengokohkan dominasi Argentina dari Brasil dalam empat laga terakhir tanpa satu pun kekalahan, tiga kemenangan dan satu imbang.
Kebahagiaan rakyat Argentina kemudian semakin dipupuk ketika melihat tim juniornya, tim U-17 menyingkirkan sang juara bertahan Brasil U-17 dengan skor telak 3-0 pada babak perempat final Piala Dunia U-17 2023 Indonesia di Jakarta International Stadium, Jumat (24/11) malam.
Pemain Rivel Plate menari-nari di bawah langit Jakarta yang sempat diguyur hujan kala itu dengan tiga golnya pada menit 28’, 58’, dan 71’.
Tak kalah dengan catatan spesial seniornya, La Albiceleste muda menorehkan tinta manis lainnya yaitu menyingkirkan Brazil yang merupakan juara bertahan dan membalaskan kekalahan menyakitkan pada laga final kejuaraan sepak bola Amerika Selatan U-17 2023, April lalu dengan skor 2-3.
Saat itu, Echeverri juga menjadi momok bagi Brazil walau satu golnya bersama Agustin Ruberto tak mampu menyelamatlan dari kekalahan.
Selain itu, kemenangan telak melawan Brazil juga mengantarkan Argentina menembus semifinal Piala Dunia U-17 untuk pertama kalinya setelah terakhir kali dua dekade yang lalu.
Dua kemenangan tim nasionalnya dari Brazil dalam tempo berdekatan itu, bak menjadi karunia ternikmat rakyat Argentina yang “napas” hidupnya adalah sepak bola.
Panggung Claudio Echeverr
Kemenangan 3-0 melawan Brazil U-17 pada laga perempat final Piala Dunia U-17 2023 Indonesia menjadi panggung istimewa bagi Claudio Echeverri memamerkan tarian Tango-nya di hadapan ribuan penonton di Jakarta International Stadium, Jumat (22/11) malam dengan wujud tiga gol.
Tarian Echeverri bermula pada menit ke-28. Saat itu, pesepak bola 17 tahun tersebut menjemput bola dari tengah lapangan, meliuk-liuk, dan kemudian sebelum melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti yang memperdaya kiper Brazil, Phillipe Gabriel.
Pada menit ke-58, “Si Iblis Kecil”, julukan Echeverri, memberikan terornya kembali dimana ia menggiring bola dengan melewati dua pemain bertahan Brazil sebelum menaklukkan Gabriel untuk kedua kalinya.
Pada menit ke-71, Echeverri melengkapi penampilan indahnya dengan hattrick melalui cara yang lebih menawan. Setelah puas melawati dua pemain, Echeverri kali ini memilihnya dengan cara melewati kiper, Gabriel, sebelum menceploskan bola ke gawang yang sudah kosong.
Malam yang cantik bagi Echeverri di Jakarta kala itu dimana tiga golnya mengantarkan namanya sebagai top skor sementara dengan lima gol bersama rekannya Agustin Ruberto.
“Tidak setiap hari kami mengalahkan Brasil 3-0, jadi sebaiknya kami menikmatinya. Tentu saja, kami punya keyakinan pada tim yang kami miliki. Kami mendapat pukulan telak di laga pembuka (kalah 1-2 dari Senegal), namun kini kami bangkit kembali dan melakukan pekerjaan dengan baik hari ini (Jumat). Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk tim dan hari ini berhasil,” kata Echeverri, melansir dari laman resmi FIFA, Minggu.
Kuat dalam dribble, pandai memanfaatkan ruang kosong, memiliki kecepatan, memiliki pergerakan tanpa bola yang menawan, mempunyai finishing yang apik, dan dibekali visi brilian, adalah beberapa kekuatan yang dimiliki Echeverri.
Jika menilik sekilas kekuatan dan postur tubuhnya, permainan Echeverri sedikit mengingatkan tentang seniornya di Rivel Plate yang kini sedang menganyam kesuksesan di Manchester City, Julian Alvarez.
Bagaimana caranya memanfaatkan ruang kosong, menerima bola, hingga insting mencetak gol sedikit mirip dengan rekan senegaranya yang sudah meraih gelar juara dunia itu.
Piala Dunia U-17 2023 adalah jalan kedua yang ditempuh Echeverri untuk dapat mengikuti jejak seniornya yang telah bergelimang trofi tersebut. Jejak pertamanya sudah jauh ditempuh pada musim lalu, dimana ia menembus skuad senior Rivel Plate dengan catatan empat kali tampil dengan satu assist pada kemenangan 3-1 melawan Instituto FC di Stadion Monumental Antonio Vespucio Liberti, 23 Juni lalu.
Mendambakan juara
Akan terasa lengkap jika tim Argentina U-17 menjuarai Piala Dunia U-17 2023 Indonesia. Pasalnya, ajang dua tahunan kelompok umur 17 tahun itu menjadi satu-satunya kejuaraan dunia yang belum dimenangkan timnas Argentina.
Timnas senior setelah memenangkan Piala Dunia 2022 Qatar menjadi tim tersukses keempat dengan tiga gelar setelah Brasil (5 gelar), Italia (4 gelar), dan Jerman (4 gelar).
Lalu, kelompok umur U-20 menjadi pengoleksi gelar terbanyak Piala Dunia U-20 dimana meski gagal di edisi tahun ini, Argentina U-20 tetap menjadi tim tersukses dengan enam gelar, unggul satu gelar di atas Brazil sebagai tim tersukses kedua.
Dari 15 kali partisipasi di Piala Dunia U-17, Argentina tercatat hanya memiliki capaian terbaik sebagai peringkat tiga sebanyak tiga kali pada edisi 1991, 1995, 2003. Artinya, keberhasilan Claudio Echeverri menembus semifinal Piala Dunia U-17 2023 adalah tepat dua dekade setelah terakhir kali mereka menjadi empat negara terbaik.
Sekarang, perjalanan merengkuh trofi kian dekat dengan mendapatkan ujian selanjutnya melawan juara Eropa U-17 2023, Jerman pada partai semifinal yang dimainkan di Stadion Manahan, Solo, Selasa (28/11) pukul 15.30 WIB.
Diego Placente menatap laga melawan Jerman dengan kepercayaan diri tinggi. Pasalnya, tim asuhannya baru mencatatkan catatan apik dari tiga laga terakhir di Piala Dunia U-17 2023 sebagai tim paling sempurna.
Argentina menjadi tim paling produktif dengan 12 gol dan tim yang memiliki pertahanan kokoh karena tanpa kebobolan sekalipun.
Atas dasar performa tiga laga terakhir di Piala Dunia U-17 2023 bukan tidak mungkin kelompok umur 17 tahun Argentina menggondol trofi ajang dwi tahunan itu untuk pertama kalinya sekaligus membuat bungah jutaan warganya karena memiliki dua piala kejuaraan dunia dalam tempo waktu hanya satu tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023