Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengungkapkan China menjadi mediator dialog antara pemerintah junta militer Myanmar dengan aliansi etnis minoritas yang melakukan perlawanan di wilayah utara negara tersebut.

"Melalui upaya mediasi China, militer Myanmar baru-baru ini mengadakan pembicaraan damai dengan Tentara Aliansi Demokratis Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), serta Tentara Arakan (AA) di China dan sudah mencapai kesepakatan," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Kamis (14/12).

Diketahui konflik bersenjata terjadi sejak 27 Oktober 2023 ketika aliansi kelompok etnis bersenjata bernama "Aliansi Tiga Persaudaraan" secara terkoordinasi menyerang pos-pos militer di negara bagian Shan di Myanmar utara yang berbatasan dengan China.

MNDAA beroperasi di Kokang, sedangkan TNLA beroperasi di Distrik Tawngpeng, keduanya masuk wilayah Shan. Sementara AA beroperasi di negara bagian Rakhine di Myanmar barat, yang berbatasan dengan Bangladesh.

"Kesepakatannya adalah mengenai sejumlah pengaturan, termasuk gencatan senjata sementara dan menjaga momentum dialog," papar Mao Ning.

Mao Ning mengatakan China mendukung proses perdamaian di Myanmar utara dan telah memberikan dukungan dan fasilitasi dialog dan kontak antara pihak-pihak terkait di Myanmar.

"Konflik di Myanmar bagian utara sudah semakin berkurang, hal ini tentu tidak hanya bermanfaat bagi kepentingan pihak-pihak terkait di Myanmar tetapi juga membantu menjamin perdamaian dan ketenangan di wilayah perbatasan China-Myanmar," ujar Mao Ning.

Pemerintah China, menurut Mao Ning, berharap pihak-pihak terkait di Myanmar dapat mempercepat upaya untuk mengimplementasikan kesepakatan.

"Menahan diri secara maksimal, secara aktif meredakan situasi di lapangan, segera menangani konfrontasi sporadis dan bersama-sama mewujudkan pendekatan damai terhadap situasi di Myanmar utara," ucap Mao Ning.

Dari "serangan" aliansi yang dinamakan "Operasi 1027" merujuk tanggal 27 Oktober 2023 itu, membuat junta kehilangan lebih dari 100 pos junta, dan merebut setidaknya empat kota, termasuk perbatasan penting dengan China.

Junta Myanmar mengaku kehilangan kendali atas beberapa kota di perbatasan, termasuk Chinshwehaw yang terletak di sebelah provinsi Yunnan, China.

Serangan tersebut menargetkan milisi pro-junta dan Pasukan Penjaga Perbatasan atau BGF yang disponsori militer serta menjalankan Zona Pemerintah Mandiri Kokang atau SAZ, yang dikelola oleh MNDAA sampai digulingkan oleh militer Myanmar pada 2009.

China, bahkan direpotkan oleh arus pengungsian dan pelanggaran lintas batas akibat eskalasi konflik di Myanmar.

Myanmar jatuh dalam kekacauan sejak kudeta pada 2021, ketika militer menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi dan mengakhiri satu dekade reformasi demokrasi sementara negara itu.

Bentrokan telah memicu pengungsi ke seluruh negara tetangga Myanmar, termasuk ribuan orang yang melarikan diri ke India dalam beberapa hari terakhir, dari pertempuran di Negara Bagian Chin di barat laut.

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023