Rejanglebong (Antara) - Puluhan hektare areal persawahan petani di beberapa kecamatan di Kabupaten Rejanglebong Provinsi Bengkulu terancam kekeringan akibat musim kemarau di daerah ini.

"Musim kemarau tahun ini nampaknya paling parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ini bisa dilihat sedikit air tersedia pada saluran irigasi di sini. Padahal musim kemarau baru dua bulan berjalan. Dulu, biar kemarau sampai tiga bulan air di saluran irigasi tetap tersedia," kata Dahlan (73), salah seorang petani di Kelurahan Talang Benih, Kecamatan Curup, Jumat.

Areal persawahan yang terancam gagal panen akibat kekeringan di daerah itu, kata dia, adalah pada bagian hilir saluran irigasi Talang Benih.

Debit air di saluran irigasi yang berasal dari Sungai Kepala Siring itu, saat ini turun drastis dan hanya mampu mengairi sawah di bagian hulu saja.

Padahal di kawasan hilir saluran irigasi setidaknya terdapat 10 hektare sawah, sehingga berakibat tanaman yang sudah berumur satu bulan terancam kekeringan dan gagal panen.

Tanaman padi milik Dahlan mencapai satu hektare ditanami padi varietas IR-64, saat kondisi panen normal bisa menghasilkan 40 kaleng beras dengan per kaleng seberat 16 kg, atau secara keseluruhan berjumlah 640 kg. Beras ini selanjutnya dijual ke pedagang beras atau penggilingan seharga Rp130.000 per kaleng.

Setiap musim tanam yang dilakukan petani setempat, yakni sebanyak dua kali setahun.

Dahlan setiap kali panen mengantongi pendapatan sebesar Rp5,2 juta, kemudian dikurangi modal produksi berupa upah bajak, pembelian benih, pupuk dan obat-obatan pertanian sebesar Rp1,5 juta, sehingga sisanya setiap panen hanya Rp3,7 juta, atau pendapatannya per bulan hanya berkisar Rp616 ribu.

Kendati bertani itu sudah digelutinya sejak 1961 lalu, dan sampai sekarang belum memberikan peningkatan kesejahteraan, namun dirinya tidak mau berhenti menanam padi.

Padahal beberapa petani lainnya yang lahan persawahannya mengalami kekeringan sudah mengalihkan ke tanaman palawija, dan ada pula yang sudah menjadikan areal persawahannya warung serta jenis usaha lainnya.

Dia berharap agar musim kemarau di daerah itu dapat segera berakhir, sehingga tanaman padi miliknya yang baru berumur satu bulan bisa tumbuh subur sampai berumur dua bulan saat malai padi mulai berbuah atau masa bunting padi.

Saat ini saya cuma bisa berdoa semoga hujan cepat turun, karena tanaman padi yang baru ditanam sampai umur dua bulan sedang butuh air yang banyak. Kalau kering begini, nanti buahnya banyak yang hampa dan mudah diserang penyakit mentek," ujarnya pula.

Menurut Tarsih (55), buruh tani di Kelurahan Talang Benih menyatakan, areal persawahan milik anaknya di daerah itu sejak setahun belakangan tidak lagi ditanami padi, melainkan tanaman jagung akibat tidak kebagian air irigasi.

"Sawah anak saya itu berada di ujung saluran irigasi, sejak setahun ini tidak ditanami padi lagi karena airnya tidak sampai ke sawah itu," katanya lagi.

Debit air irigasi di sini sudah tidak sebesar beberapa tahun lalu, apalagi saat musim kemarau sekarang ini, airnya sudah kecil dan cuma bisa mengairi sawah yang berada di pinggir jalan dan dekat saluran utama irigasi," kata Tarsih pula.***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015