Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto memamerkan program pembuatan rumah terapung dari Universitas Pertahanan untuk membantu masyarakat pesisir di daerah pantai utara Pulau Jawa yang saat ini rumahnya terendam akibat naiknya tinggi permukaan air laut.
Prabowo menjelaskan pembuatan rumah terapung rintisan Universitas Pertahanan merupakan salah satu cara membantu masyarakat pesisir tetap hidup layak sembari menunggu rencana pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) di pantai utara Pulau Jawa terwujud.
"Kami sudah punya prototipe (yang) akan dibantu oleh PT PAL yang ahli kapal, PT LEN, dengan para engineer dari Unhan. Kami memiliki dua prototipe rumah murah terapung yang nilainya Rp130 juta (per) satu rumah," kata Menhan Prabowo Subianto saat seminar nasional tentang tanggul laut raksasa di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan satu unit rumah terapung itu dilengkapi dengan pembangkit listrik panel surya dan septic tank. "(Warga yang menempati rumah terapung, red.) bisa hidup off-grid tanpa tergantung (jaringan listrik) PLN dan bisa hidup dengan sanitasi yang bersih," kata Prabowo di hadapan beberapa menteri, praktisi, para ahli, dan mahasiswa.
Prabowo memperkirakan rumah terapung seharga Rp150 juta itu dapat dipakai selama 10–15 tahun.
"Dengan demikian, (dengan) Rp150 juta, hitungan saya bisa mereka pakai selama 10–15 tahun. Kalau 10 tahun, berarti Rp15 juta setahun. Untuk satu keluarga, hidup dengan bersih dan sehat, anak-anak tumbuh dengan baik sambil gagasan besar (giant sea wall) ini dijalankan," tutur Prabowo.
Prabowo dalam seminar nasional bertajuk "Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall)" juga menyoroti pentingnya menjamin rencana pembangunan tanggul laut di pesisir utara Pulau Jawa terwujud dan berjalan secara berkesinambungan.
Oleh karena itu, dia menilai perlu ada komitmen politik (political will) dari para pejabat negara dan politikus untuk membangun itu yang manfaatnya untuk menyelamatkan masyarakat di pesisir dari ancaman perubahan iklim. Alasannya, pembangunan giant sea wall bukan proyek yang instan, tetapi membutuhkan waktu setidaknya 40 tahun.
"Kita mengerti negara berjalan dalam sistem politik melalui partai-partai politik yang diawaki oleh politisi, dan politisi itu berpikir lima tahunan, karena dia akan berkuasa atau tidak, berkuasa lima tahunan. Masalah giant sea wall mungkin para engineer paham, dan akan menyampaikan, saya yakin masalah sea wall ini akan memakan waktu 40 tahun atau lebih," ujarnya.
Oleh karena itu, dia mengajak seluruh pihak untuk mulai bertindak dan turut serta memastikan pembangunan giant sea wall, khususnya di Pulau Jawa berjalan secara berkesinambungan.
"Untuk fase pertama saja, A, B itu Rp164 triliun, mungkin semuanya nanti seperti yang saya dengar akan makan 50–60 miliar dolar (AS), mungkin lebih. Nanti selalu akan ada yang mengatakan apakah bisa? Ini adalah bukan bisa atau tidak bisa. Ini harus atau nggak, (karena kalau tidak, masyarakat pesisir di) pantai utara tenggelam," ucap Menhan RI.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Prabowo menjelaskan pembuatan rumah terapung rintisan Universitas Pertahanan merupakan salah satu cara membantu masyarakat pesisir tetap hidup layak sembari menunggu rencana pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) di pantai utara Pulau Jawa terwujud.
"Kami sudah punya prototipe (yang) akan dibantu oleh PT PAL yang ahli kapal, PT LEN, dengan para engineer dari Unhan. Kami memiliki dua prototipe rumah murah terapung yang nilainya Rp130 juta (per) satu rumah," kata Menhan Prabowo Subianto saat seminar nasional tentang tanggul laut raksasa di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan satu unit rumah terapung itu dilengkapi dengan pembangkit listrik panel surya dan septic tank. "(Warga yang menempati rumah terapung, red.) bisa hidup off-grid tanpa tergantung (jaringan listrik) PLN dan bisa hidup dengan sanitasi yang bersih," kata Prabowo di hadapan beberapa menteri, praktisi, para ahli, dan mahasiswa.
Prabowo memperkirakan rumah terapung seharga Rp150 juta itu dapat dipakai selama 10–15 tahun.
"Dengan demikian, (dengan) Rp150 juta, hitungan saya bisa mereka pakai selama 10–15 tahun. Kalau 10 tahun, berarti Rp15 juta setahun. Untuk satu keluarga, hidup dengan bersih dan sehat, anak-anak tumbuh dengan baik sambil gagasan besar (giant sea wall) ini dijalankan," tutur Prabowo.
Prabowo dalam seminar nasional bertajuk "Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall)" juga menyoroti pentingnya menjamin rencana pembangunan tanggul laut di pesisir utara Pulau Jawa terwujud dan berjalan secara berkesinambungan.
Oleh karena itu, dia menilai perlu ada komitmen politik (political will) dari para pejabat negara dan politikus untuk membangun itu yang manfaatnya untuk menyelamatkan masyarakat di pesisir dari ancaman perubahan iklim. Alasannya, pembangunan giant sea wall bukan proyek yang instan, tetapi membutuhkan waktu setidaknya 40 tahun.
"Kita mengerti negara berjalan dalam sistem politik melalui partai-partai politik yang diawaki oleh politisi, dan politisi itu berpikir lima tahunan, karena dia akan berkuasa atau tidak, berkuasa lima tahunan. Masalah giant sea wall mungkin para engineer paham, dan akan menyampaikan, saya yakin masalah sea wall ini akan memakan waktu 40 tahun atau lebih," ujarnya.
Oleh karena itu, dia mengajak seluruh pihak untuk mulai bertindak dan turut serta memastikan pembangunan giant sea wall, khususnya di Pulau Jawa berjalan secara berkesinambungan.
"Untuk fase pertama saja, A, B itu Rp164 triliun, mungkin semuanya nanti seperti yang saya dengar akan makan 50–60 miliar dolar (AS), mungkin lebih. Nanti selalu akan ada yang mengatakan apakah bisa? Ini adalah bukan bisa atau tidak bisa. Ini harus atau nggak, (karena kalau tidak, masyarakat pesisir di) pantai utara tenggelam," ucap Menhan RI.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024