Rejanglebong (Antara) - Puluhan hektare sawah petani di Kecamatan Curup, Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, mengalami gagal panen akibat terserang penyakit mentek atau tungro.

"Penyakit mentek atau tungro ini menyerang tanaman padi yang sudah berumur dua bulan, pada saat itu padi memasuki masa bunting atau berbuah. Tanaman padi yang terserang tungro ini akan menguning dan buahnya tidak berisi atau hampa," kata Subari (50) salah seorang petani di Kelurahan Talang Benih, Kecamatan Curup, Jumat.

Sedangkan penyakit tungro yang terjadi di wilayah itu pada tahun ini kata dia, sangat parah karena menyerang puluhan hektare sawah di daerah tersebut.

Banyaknya sawah petani yang terserang tungro itu sendiri tambah dia, diduga akibat pengaruh cuaca ekstrem belakangan ini, kendati untuk pengairan sawah mereka tidak mengalami kesulitan karena didukung pengairan dari irigasi yang pasokan airnya masih normal.

Akibat serangan penyakit tungro ini Subari mengaku mengalami kerugian akibat menurunnya hasil produksi dari sawah seukuran 0,5 hektare yang diolahnya. Jika panen lagi normal dari sawah seluas itu dirinya bisa menghasilkan 18 karung atau 90 kaleng atau 1.440 kg beras, tetapi sejak terkena mentek turun menjadi 12 karung atau 60 kaleng beras seberat 960 kg.

Sementara itu hal serupa juga diutarakan Econ (43) petani padi di RT 2 Kelurahan Talang Benih, dan berharap pemerintah daerah dan dinas instansi terkait dapat turun kelapangan sehingga bisa memberikan solusi permasalahan yang dihadapi petani di wilayah itu.

"Saat ini belum ada petugas pertanian yang turun, biasanya mereka baru turun kalau ada pemberitaan dari wartawan. Pada hal jika mereka turun ke lapangan tentunya penyakit ini bisa diatasi dan tidak mengganggu program swasembada pangan yang lagi digalakan pemerintah," ujarnya.

Sawah petani di daerah itu yang terkena tungro kata Econ, selama ini kebanyakan menggunakan benih jenis bandawati dan sebagian lagi menggunakan varietas mikongga. Sedangkan untuk benih bantuan yang berasal dari pemerintah tidak mereka gunakan karena hasil berasnya keras dan kurang laku dipasaran.

"Kemarin dapat bantuan benih varietas inpari dan hasilnya bagus, tapi berasnya kalau dimasak terasa keras sehingga sulit laku kalau dijual, akihirnya petani memakai benih bandawati yang biasa ditanam," kata Econ. ***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015