Kedutaan Besar China di Tokyo pada Kamis mengkritik pemerintah Jepang yang melanjutkan pembuangan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima.
Kedubes China mengatakan tindakan itu mengabaikan kekhawatiran rakyat Jepang dan masyarakat internasional.
Jepang pada Rabu mulai melepaskan air buangan PLTN Fukushima tahap keempat yang dijadwalkan berlangsung hingga 16 Maret.
Pengelola PLTN itu, TEPCO, berencana membuang 7.800 ton air limbah ke Samudra Pasifik.
"Jepang mengabaikan kekhawatiran penduduknya dan keberatan masyarakat internasional, dan terus membuang air radioaktif ke samudra itu, yang berpotensi menimbulkan ancaman infeksi radioaktif. Kami menyatakan ketidakpuasan yang besar atas hal ini," kata Kedubes China dalam pernyataannya.
China terus mendesak Jepang untuk menanggapi secara serius kekhawatiran dalam negeri dan internasional, bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menciptakan mekanisme pengawasan jangka panjang, dan membuang air olahan itu dengan "secara bertanggung jawab dan konstruktif", tulis pernyataan itu.
Tiga tahap pembuangan sebelumnya melepaskan air olahan PLTN Fukushima pada Agustus, Oktober dan November 2023.
Pada tahap pertama, Jepang membuang sekitar 1,34 juta ton air olahan PLTN itu ke samudra meski diprotes oleh negara-negara tetangganya dan nelayan setempat.
Secara total, lebih dari 31.000 ton air radioaktif berintensitas sedang dilepaskan selama tahun fiskal 2023 yang berakhir pada 31 Maret mendatang. Seluruh prosesnya diperkirakan akan memakan waktu minimal 30 tahun.
Sumber: Sputnik
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Kedubes China mengatakan tindakan itu mengabaikan kekhawatiran rakyat Jepang dan masyarakat internasional.
Jepang pada Rabu mulai melepaskan air buangan PLTN Fukushima tahap keempat yang dijadwalkan berlangsung hingga 16 Maret.
Pengelola PLTN itu, TEPCO, berencana membuang 7.800 ton air limbah ke Samudra Pasifik.
"Jepang mengabaikan kekhawatiran penduduknya dan keberatan masyarakat internasional, dan terus membuang air radioaktif ke samudra itu, yang berpotensi menimbulkan ancaman infeksi radioaktif. Kami menyatakan ketidakpuasan yang besar atas hal ini," kata Kedubes China dalam pernyataannya.
China terus mendesak Jepang untuk menanggapi secara serius kekhawatiran dalam negeri dan internasional, bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menciptakan mekanisme pengawasan jangka panjang, dan membuang air olahan itu dengan "secara bertanggung jawab dan konstruktif", tulis pernyataan itu.
Tiga tahap pembuangan sebelumnya melepaskan air olahan PLTN Fukushima pada Agustus, Oktober dan November 2023.
Pada tahap pertama, Jepang membuang sekitar 1,34 juta ton air olahan PLTN itu ke samudra meski diprotes oleh negara-negara tetangganya dan nelayan setempat.
Secara total, lebih dari 31.000 ton air radioaktif berintensitas sedang dilepaskan selama tahun fiskal 2023 yang berakhir pada 31 Maret mendatang. Seluruh prosesnya diperkirakan akan memakan waktu minimal 30 tahun.
Sumber: Sputnik
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024