Bengkulu, 29/9 (Antara) - Palang Merah Indonesia (PMI) membina 107 sekolah siaga bencana dan 43 desa siaga bencana berbasis masyarakat yang tersebar di kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu.

Sekretaris PMI Provinsi Bengkulu Joni Saputra di Bengkulu Selasa, mengatakan program sekolah siaga bencana sudah dirintis sejak 2010 bekerja sama dengan palang merah negara asing.

"Pengurangan risiko bencana menjadi salah satu fokus PMI, jadi tidak hanya bicara soal darah," kata Joni usai upacara memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 PMI di Kota Bengkulu.

Ia mengatakan selain sekolah siaga bencana, PMI Bengkulu juga membentuk 43 desa siaga bencana berbasis masyarakat.

Sekolah siaga bencana, menurutnya, diinisiasi dengan memberikan pemahaman tentang bencana kepada para pelajar. Pemahaman sejak dini tersebut penting sebab Bengkulu merupakan daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami.

Menurut dia, sekolah siaga bencana tersebut bukan dari bentuk bangunan tapi memberikan pendidikan siaga bencana kepada siswa untuk mengurangi risiko bencana.

"Mereka memiliki model standar operasi prosedur (SOP) yang dibuat akan dipraktikkan untuk menanggulangi bencana dengan pembagian peran yang jelas," katanya.

Untuk menetapkan sekolah siaga bencana, terlebih dahulu dibangun kesepahaman dan komitmen antara pihak sekolah dan PMI.

Joni mengatakan kesiapsiagaan menghadapi bencana di tingkat masyarakat juga terus ditingkatkan.

Petugas PMI mendampingi perangkat desa untuk menyusun standar operasi prosedur yang akan diterapkan untuk menanggulangi bencana gempa dan tsunami serta gunung meletus.***4***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015