Bengkulu (Antara) - Perajin kulit lantung di Bengkulu saat ini terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk agar mampu bersaing di pasar bebas.
"Kalau inovatif dan berkualitas akan dibeli walaupun harganya mahal, seperti produk kami di galeri Smesco," kata perajin kulit lantung, Tentrem Sriminarsih di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan salah satu inovasi yang dilakukan adalah memadukan kerajinan kulit lantung dengan batik tulis khas Bengkulu yang disebut kain besurek.
Kerajinan berbahan kulit kayu itu telah dibuat menjadi berbagai suvenir dan bermacam produk antara lain sepatu, topi, tas, tas laptop rompi, hingga selendang.
"Kami membuat tas dari kulit lantung dan bagian dalam dilapis dengan kain batik tulis besurek," ucapnya.
Produk lain yang memadukan kulit kayu dengan batik tulis adalah sepatu yang sudah diikutkan dalam berbagai pameran di luar negeri atas dukungan pemerintah, perbankan dan swadaya.
Tentrem mengatakan, untuk menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), para perajin sedang dilanda kecemasan sebab Indonesia akan "diserang" bermacam produk dari negara lain.
Untuk produk kerajinan, kata dia, Thailand menjadi salah satu pesaing yang pantas diperhitungkan untuk wilayah Asia Tenggara.
Karena itu, selain meningkatkan inovasi, perajin juga perlu menentukan segmen pasar yang akan disasar.
"Produk kami memiliki konsumen tertentu dan menyasar dunia mode, bahkan bercita-cita menembus pasar di Perancis," katanya.
Untuk menjaga eksklusifitas karya, setiap produk dibuat terbatas yakni maksimal 20 buah.
Meski modal dan harga jual tergolong tinggi, antara lain untuk tas tangan Rp450 ribu dan tas laptop Rp400 ribu, ia optimistis produk tersebut mampu bersaing dan diterima masyarakat.
"Terutama bagi konsumen penggemar produk-produk etnik yang unik, seperti produk kayu lantung dalam bentuk tas," kata Tentrem. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015
"Kalau inovatif dan berkualitas akan dibeli walaupun harganya mahal, seperti produk kami di galeri Smesco," kata perajin kulit lantung, Tentrem Sriminarsih di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan salah satu inovasi yang dilakukan adalah memadukan kerajinan kulit lantung dengan batik tulis khas Bengkulu yang disebut kain besurek.
Kerajinan berbahan kulit kayu itu telah dibuat menjadi berbagai suvenir dan bermacam produk antara lain sepatu, topi, tas, tas laptop rompi, hingga selendang.
"Kami membuat tas dari kulit lantung dan bagian dalam dilapis dengan kain batik tulis besurek," ucapnya.
Produk lain yang memadukan kulit kayu dengan batik tulis adalah sepatu yang sudah diikutkan dalam berbagai pameran di luar negeri atas dukungan pemerintah, perbankan dan swadaya.
Tentrem mengatakan, untuk menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), para perajin sedang dilanda kecemasan sebab Indonesia akan "diserang" bermacam produk dari negara lain.
Untuk produk kerajinan, kata dia, Thailand menjadi salah satu pesaing yang pantas diperhitungkan untuk wilayah Asia Tenggara.
Karena itu, selain meningkatkan inovasi, perajin juga perlu menentukan segmen pasar yang akan disasar.
"Produk kami memiliki konsumen tertentu dan menyasar dunia mode, bahkan bercita-cita menembus pasar di Perancis," katanya.
Untuk menjaga eksklusifitas karya, setiap produk dibuat terbatas yakni maksimal 20 buah.
Meski modal dan harga jual tergolong tinggi, antara lain untuk tas tangan Rp450 ribu dan tas laptop Rp400 ribu, ia optimistis produk tersebut mampu bersaing dan diterima masyarakat.
"Terutama bagi konsumen penggemar produk-produk etnik yang unik, seperti produk kayu lantung dalam bentuk tas," kata Tentrem. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015