Bengkulu (Antara) - Ribuan warga Kota Bengkulu memadati jalan dua jalur di kawasan Jalan Soeprapto dan Jalan S Parman untuk menyaksikan arak-arakan "Tabot Tebuang" atau pembuangan Tabot yang merupakan puncak Festival Tabot yang digelar sejak 14 hingga 23 Oktober 2015.

"Setiap tahun memang selalu melihat pembuangan Tabot, karena sudah jadi tradisi," kata Nurjanah, warga yang menyaksikan pembuangan tabot bersama keluarganya di Jalan Soeprapto, Bengkulu.

Pembuangan Tabot merupakan penutup ritual atau upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang digelar setiap 1 Muharram hingga 10 Muharram.

Ritual tersebut untuk mengenang kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan di Padang Karbala, Irak, pada 10 Muharram 61 Hijriah.

Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah sebelum pembuangan Tabot mengatakan bahwa ritual yang sudah menjadi bagian dari budaya Bengkulu itu diarahkan untuk mengembangkan kesenian dan budaya lokal.

"Kesenian dan berbagai pagelaran budaya yang digelar selama Festival Tabot diarahkan untuk menarik wisatawan ke Bengkulu," katanya.

Rangkaian ritual Tabot dimulai pada 1 Muharram yang ditandai dengan pengambilan tanah oleh Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) untuk mengingatkan manusia akan asal penciptaannya.

Pelaksanaan ritual Tabot di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685.

Saat ini keturunannya tetap melestarikan ritual Tabot yang bergabung dalam organisasi Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) Bengkulu.

Upacara ini dilaksanakan setiap tahun dari 1 sampai 10 Muharram, berdasarkan kalender Islam.

***4*** 

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015