Palembang (Antara) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumatera Selatan menyatakan, peluang keberhasilan dalam melakukan teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan pada penghujung Oktober 2015 ini, cukup besar.

"Hujan buatan yang sebelumnya sulit dilakukan Tim Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel untuk mengatasi masalah kabut asap, kini peluangnya cukup besar, karena mulai terdeteksi awan pembawa hujan kumulonimbus," kata Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel, Indra Purnama, di Palembang, Jumat.

Menurut dia, hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan penyebab bencana kabut asap di wilayah Sumsel dalam dua bulan terakhir, sangat perlu dilakukan karena hujan normal diprakirakan turun pada pertengahan November.

Dengan mulai terdeteksi terbentuk awan kumulonimbus yang mendukung untuk kegiatan TMC itu, tim satgas tersebut bisa lebih memaksimalkan kegiatan melakukan hujan buatan, katanya pula.

Dia menjelaskan, awan kumulonimbus adalah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir serta cuaca dingin yang terakumulasi hujan.

Dengan mulai terdeteksi awan tersebut di wilayah provinsi ini, kegiatan untuk melakukan TMC peluang keberhasilannya cukup besar, dan diharapkan bencana kabut asap yang akhir-akhir ini dirasakan masih pekat menyelimuti udara Kota Palembang dan sejumlah daerah Sumsel lainnya dengan adanya hujan buatan bisa berangsur menipis dan hilang, katanya lagi.

Cuaca di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota ini, dalam kondisi ekstrem karena curah hujan sangat sedikit di bawah 100 milimeter, suhu udara mencapai 35 derajat Celsius dengan kelembaban udara nilainya kurang dari 45 persen terutama pada siang hingga sore hari.

Dalam kondisi cuaca ekstrem sekarang ini berpotensi mengakibatkan hutan dan lahan terbakar terutama di daerah yang kini masih terdapat cukup banyak titik panas, seperti di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang kini menjadi fokus penanggulangan melalui operasi pemadaman darat dan udara, ujar Indra.

Sebelumnya, Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel, Yulizar Dinoto menjelaskan, menghadapi bencana kabut asap yang terjadi pada akhir Agustus hingga Oktober 2015 ini, pihaknya menyiapkan beberapa langkah penanggulangan di antaranya dengan melakukan operasi pemadaman titik api melalui darat dan udara.

Operasi pemadaman kebakaran lahan melalui darat dan udara dilakukan secara terpadu oleh petugas BPBD, Manggala Agni, TNI/Polri dan instansi terkait serta tim bantuan dari sejumlah negara asing.

Khusus untuk melakukan operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan melalui udara, pihaknya melakukan pemboman air di titik api yang sulit dijangkau tim operasi darat dengan menggunakan lima helikopter dan beberapa pesawat yang memiliki kemampuan melakukan pemboman air.

Upaya meminimalkan jumlah titik api penyebab bencana kabut asap dan memblokir lahan yang terbakar agar tidak semakin luas, pihaknya terus melakukan operasi darat dan udara secara maksimal.

Selain itu pihaknya melakukan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca, hingga masalah kabut asap bisa diatasi dengan baik dan tidak lagi mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat Sumsel, ujar Yulizar.***4***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015