Bengkulu (Antara) - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ary Prihardhyanto Keim mengatakan bahwa ekosistem mangrove merupakan ujung tombak pelestarian Pulau Enggano, pulau terluar wilayah Bengkulu yang berada di tengah Samudera Hindia.

"Kalau mangrove rusak, maka keseluruhan ekosistem Pulau Enggano juga akan terganggu. Karena itu ekosistem mangrove menjadi ujung tombak," katanya saat Simposium Enggano 2015 yang digelar LIPI di Kota Bengkulu, Senin.

Menurut dia, ekosistem mangrove di pulau seluas 40 ribu hektare itu harus dilestarikan karena menjadi benteng penahan gelombang dan ombak.

Mangrove atau hutan bakau Pulau Enggano seluas lebih 1.700 hektare menurut Ary menjadi ekosistem mangrove terluas di wilayah Provinsi Bengkulu.

"Sejumlah sumber daya alam Enggano seperti kepiting, udang hingga ikan karang menunjukkan ekosistem mangrove yang masih sehat," ucapnya.

Ekspedisi Widya Nusantara di Pulau Enggano yang digelar LIPI pada Maret dan April 2015 mengungkap sejumlah temuan penting di pulau terluar itu, termasuk temuan sejumlah mikroba di ekosistem mangrove.

Penelitian mikroba dari mangrove tersebut masih berlanjut sebab ada potensi pengembangan sejenis antibiotik dalam mikroba tersebut.

"Hutan mangrove juga menjadi `rumah` untuk berbagai jenis burung endemik Enggano," ujarnya.

Sebagian besar ekosistem mangrove Pulau Enggano terdapat di Desa Kahyapu, Banjarsari dan di bagian Selatan pulau.

Selain memastikan kelestarian ekosistem mangrove, pembangunan pulau tersebut, menurut Keim, juga harus mempertimbangkan daya dukung pulau.

"Harus ada penelitian tentang berapa jumlah penduduk yang memungkinkan tinggal di Enggano dan berapa luas kawasan hutan yang bisa dibuka, berkaitan dengan kelestarian pulau itu," ucapnya.

Koordinator Penelitian LIPI di Pulau Enggano ini juga menambahkan bahwa dari penelitian bersama puluhan peneliti di Pulau Enggano, diyakini ada 14 spesies flora dan fauna baru.

Beberapa spesies baru yang ditemukan antara lain jenis jahe-jahean, ikan air tawar, katak, dua kelelawar yakni Pteropus sp. Dan Rhinolophus sp.

"Ada juga temuan dua spesies baru udang yakni Macrobrachium bariense dan Macrobrachium placidulum," katanya.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015