Paris (Antara) - Aktivis Walhi menyoroti sejumlah agenda pihak swasta, terutama perusahaan yang terindikasi membakar hutan dan lahan di anjungan Indonesia di arena KTT Iklim Paris, yang berlangsung pada 30 November hingga 11 Desember 2015.

"Diskusi panel hingga hari ketiga semuanya tentang peran swasta untuk meletarikan lingkungan, ini ironi pascakebakaran hutan dan lahan belum lama ini," kata Eksekutif Nasional Walhi, Pius Ginting di Paris, Sabtu.

Menurut Pius, paviliun Indonesia seolah-olah dibajak pihak swasta sebab mulai dari pintu depan paviliun penuh dengan lembar informasi tentang program-program perusahaan dalam pelestarian lingkungan.

"Padahal di lapangan bertolak belakang. Jadi kami melihat KTT Iklim ini seperti ajang perbaikan citra perusahaan yang justru di lapangan merusak lingkungan," katanya.

Seharusnya kata Pius, paviliun Indonesia diisi dengan diskusi panel tentang berbagai upaya masyarakat dan tantangan mitigasi perubahan lingkungan yang dihadapi masyarakat.

Termasuk potensi sumber daya alam Indonesia yang memiliki peran strategis untuk mitigasi, dengan luas kawasan hutan lindung dan konservasi lebih 60 juta hektare menurutnya menjadikan Indonesia sebagai wilayah strategis.

"Seharusnya keunggulan dan posisi strategis itu yang dimunculkan untuk meningkatkan posisi tawar, tapi selebaran di paviliun pun tidak ada dari Kementerian," katanya.

Koordinator Paviliun Indonesia, Agus Justianto mengatakan bahwa keterlibatan pihak swasta untuk mengisi diskusi panel dan seminar merupakan bagian dan dukungan dari sektor swasta untuk mitigasi perubahan iklim.

Sektor swasta yang terlibat mengisi kegiatan di paviliun Indonesia antara lain APP, APRIL, Artha Graha, Asian Agri hingga pengusaha nasional Hasyim Djojohadikusumo.

"Semuanya kita rangkul, masyarakat, LSM, swasta dan pemerintah mempunyai kesempatan yang sama," katanya.

Menurut Agus, selama perhelatan KTT Iklim di Paris, ada 37 sesi seminar dan diskusi yang digelar di paviliun Indonesia.

Seminar tersebut lanjut dia, sebagian besar mengulas tentang upaya para pihak untuk mereduksi emisi tanpa mengesampingkan kesejahteraan masyarakat.

Pengusaha nasional Hasyim Djojohadikusumo mengatakan bahwa kehadirannya untuk mempresentasikan konsep agroforestry yakni menggabungkan budidaya tanaman pokok dengan tanaman lain dengan komoditas utama, aren.

"Aren menjadi komoditas unggulan dan bisa digabung dengan 150 jenis tanaman lain jadi konsepnya bukan monokultur," katanya.

Ia mengatakan bahwa pengembangan tanaman tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan energi hijau atau biofuel dengan produk utama adalah etanol. ***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015