Paris (Antara) - Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin memaparkan strategi penanganan kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan asap melalui pengelolaan kawasan berbasis bentang alam (lansekap) dan ekosistem di Paris, Perancis, Minggu waktu setempat.

"Kami sudah menyiapkan strategi bersama dalam inisiatif Bentang Alam Sembilang dan sebagian kegiatannya adalah merestorasi lahan gambut yang terbakar belum lama ini," katanya saat menyampaikan pidato dalam Temu Tatap Bentang Alam Global (Global Forum Landscapes)

bertajuk `The South Sumatera Eco-Region Alliance-A patnership for change` itu.

Alex mengatakan Sumatera Selatan merupakan provinsi pertama di Indonesia yang berkomitmen menyepakati pengelolaan kawasan berbasis bentang alam seluas ratusan ribu hektare, termasuk di dalamnya areal gambut seluas dua ratusan ribu hektare yang terbakar hingga Oktober 2015.

Menurut dia, kerja sama semua pihak sangat penting untuk menangani kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan asap, terutama di lahan gambut yang penanganan ekosistemnya lebih spesifik sebab sangat rentan dengan kebakaran saat musim kering.

"Gambut sangat spesifik dan kebakaran di gambut sangat sulit dipadamkan, kami sudah melewati masa buruk dan masyarakat menderita karena asap, karena itu perlu strategi untuk mengelola kawasan dengan melibatkan semua pihak," ujarnya.

Pengelolaan Lansekap Sembilang, menurut dia, selain menekan persoalan kebakaran hutan dan lahan, juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu tanpa mengabaikan daya dukung lingkungan.

Untuk melaksanakan program ini, menurut dia, seluruh pihak harus bersinergi. Hingga saat ini, sebanyak delapan perusahaan bergerak di perkebunan sawit dan 14 perusahaan bergerak di sektor hutan tanaman industri sudah menyatakan komitmen untuk terlibat.

Pihaknya juga membentuk 70 desa bebas api dengan melibatkan masyarakat untuk mitigasi sehingga saat kemarau terjadi, tidak ada lagi kebakaran di lahan hutan gambut.

"Januari tahun depan sudah mulai jalan dan kita harapkan tidak ada lagi kebakaran parah yang menimbulkan asap beracun," katanya.

Direktur The Sustainable Trade Initiative (IDH) Indonesia, Fitrian Ardiansyah yang terlibat dalam program ini mengatakan pendekatan bentang alam akan membantu mengatasi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Tujuan besarnya adalah ekonomi tumbuh positif tapi lingkungan juga terjaga dengan baik, termasuk pelestarian keanekaragaman hayati," ujarnya.

Ia mengatakan sejumlah pihak yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ZSL dan perusahaan perkebunan dan tanaman industri bubur kertas dan kertas.

Sementara peneliti dari Global Environment Centre, Faizal Parish, yang berkesempatan menyampaikan pertanyaan dalam forum itu mengatakan bahwa program sekat kanal yang diinisiasi pemerintah Indonesia menjadi langkah positif dalam pengelolaan gambut.

"Persoalan penanganan gambut bergantung pada sistem tata kelola air sehingga gambut tidak sempat kering dan akhirnya terbakar," katanya.

Ia mengatakan bahwa pelibatan masyarakat dan sektor swasta, terutama di wilayah Indonesia dengan ekosistem gambut masuk dalam konsesi perusahaan sangat penting untuk mengelola mangrove.

Pengelolaan gambut bersama masyarakat yang digagas pihaknya di Selangor, Malaysia, cukup efektif untuk mengatasi kerusakan gambut seluas 90 ribu hektare dengan mengutamakan peran masyarakat.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015