Tentara Israel pada Selasa mulai memperluas serangannya di Rafah, Jalur Gaza selatan, dengan merebut lebih banyak wilayah perbatasan dengan Mesir, atau yang dikenal sebagai Koridor Philadelphia.

Tindakan ini berarti bahwa tentara Israel semakin bergerak maju untuk mengisolasi Gaza dari kontak dengan Mesir, dan pada akhirnya, dengan seluruh dunia.

Tentara Israel memperluas serangannya ke Rafah di tengah penembakan dan pemboman besar-besaran, hingga memaksa ribuan orang meninggalkan Rafah barat menuju Khan Younis dan daerah-daerah di Jalur Gaza tengah.

Sedikitnya 16 warga Palestina tewas dalam pemboman Israel di Rafah pada Senin malam (27/5), menurut sumber medis.

Serangan Israel saat ini ke Rafah membuat wilayah tersebut hanya berjarak 3 kilometer dari pantai Rafah, dan menempatkan lebih dari dua pertiga wilayah Koridor Philadelphia di bawah kendali Israel.

Koridor Philadelphia, sepanjang 14 kilometer, adalah zona penyangga demiliterisasi yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian setelah penandatanganan Perjanjian Camp David tahun 1978 antara Presiden Mesir saat itu, Anwar Sadat, dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin.

Sebelum Israel melancarkan operasi militer ke Rafah pada 6 Mei 2024, koridor tersebut menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina yang meninggalkan wilayah mereka di Jalur Gaza karena serangan gencar Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Israel melanjutkan serangan brutal di Gaza meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Sedikitnya 36.050 warga Palestina telah terbunuh di Gaza dan lebih dari 81.000 orang lainnya terluka sejak Israel membalas serangan kelompok Palestina, Hamas.

Sumber: Anadolu

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024