Qatar dan negara mediator lainnya dalam perundingan perdamaian Gaza bertekad untuk mengatasi perbedaan antara Hamas dan Israel guna mencapai gencatan senjata permanen, kata Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani pada Rabu (12/6).
"Ini adalah masalah yang telah kita perjuangkan sejak lama – bagaimana memastikan bahwa kita menjembatani kesenjangan antara dua perbedaan mendasar tersebut, antara apa yang diinginkan Hamas dan apa yang diinginkan Israel," katanya pada konferensi pers bersama di Doha bersama Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Baca juga: Spanyol: Bencana kemanusiaan Gaza sangat merusak hukum internasional
Baca juga: Prabowo bertemu Blinken di Amman bahas gencatan senjata di Gaza
PM yang juga menjabat sebagai Menlu Qatar itu mengatakan upaya yang dilakukan oleh Qatar, Mesir dan AS adalah cara terbaik untuk mengatasi perbedaan tersebut dan memastikan bahwa proses negosiasi terus berjalan hingga gencatan senjata permanen tercapai.
Al Thani menambahkan bahwa hal yang paling mengkhawatirkan para mediator adalah menemukan titik temu di antara para pihak membutuhkan banyak waktu lama.
"Tentu saja, ini bukan proses yang mudah, ini adalah perundingan yang sangat rumit… Saya pikir ini mempunyai banyak beban… Namun, kami semua menegaskan kembali bahwa mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata adalah landasan bagi jalan kita ke depan," katanya.
Sebelumnya pada Senin (10/6), Dewan Keamanan PBB memberikan suara 14-0 untuk mengadopsi resolusi yang dirancang AS mengenai proposal gencatan senjata Gaza yang diumumkan oleh Biden pada 31 Mei, sekaligus menyerukan Hamas untuk menerimanya.
Baca juga: Mesir, Qatar dapat respons Hamas soal usulan gencatan senjata Gaza
Baca juga: Menko Polhukam dukung aksi kemanusiaan MER-C di Palestina
Resolusi tersebut sebagian besar mencerminkan usulan tiga tahap yang diajukan Presiden AS Joe Biden kepada Hamas dengan peta jalan yang akan mengarah pada penghentian permusuhan di Jalur Gaza dan pembebasan semua sandera.
Tahap pertama mencakup gencatan senjata total, penarikan pasukan Israel dari seluruh pusat populasi Gaza, dan pembebasan sebagian sandera yang ditahan oleh Hamas, termasuk yang terluka, orang lanjut usia, dan wanita, serta pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara.
Kemudian, tahap kedua melibatkan penghentian permusuhan tanpa batas waktu dengan imbalan pembebasan sandera yang tersisa.
Selanjutnya, tahap ketiga dari inisiatif ini adalah memulai rekonstruksi Gaza yang telah lama dilanda perang.
Sumber: Sputnik
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
"Ini adalah masalah yang telah kita perjuangkan sejak lama – bagaimana memastikan bahwa kita menjembatani kesenjangan antara dua perbedaan mendasar tersebut, antara apa yang diinginkan Hamas dan apa yang diinginkan Israel," katanya pada konferensi pers bersama di Doha bersama Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Baca juga: Spanyol: Bencana kemanusiaan Gaza sangat merusak hukum internasional
Baca juga: Prabowo bertemu Blinken di Amman bahas gencatan senjata di Gaza
PM yang juga menjabat sebagai Menlu Qatar itu mengatakan upaya yang dilakukan oleh Qatar, Mesir dan AS adalah cara terbaik untuk mengatasi perbedaan tersebut dan memastikan bahwa proses negosiasi terus berjalan hingga gencatan senjata permanen tercapai.
Al Thani menambahkan bahwa hal yang paling mengkhawatirkan para mediator adalah menemukan titik temu di antara para pihak membutuhkan banyak waktu lama.
"Tentu saja, ini bukan proses yang mudah, ini adalah perundingan yang sangat rumit… Saya pikir ini mempunyai banyak beban… Namun, kami semua menegaskan kembali bahwa mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata adalah landasan bagi jalan kita ke depan," katanya.
Sebelumnya pada Senin (10/6), Dewan Keamanan PBB memberikan suara 14-0 untuk mengadopsi resolusi yang dirancang AS mengenai proposal gencatan senjata Gaza yang diumumkan oleh Biden pada 31 Mei, sekaligus menyerukan Hamas untuk menerimanya.
Baca juga: Mesir, Qatar dapat respons Hamas soal usulan gencatan senjata Gaza
Baca juga: Menko Polhukam dukung aksi kemanusiaan MER-C di Palestina
Resolusi tersebut sebagian besar mencerminkan usulan tiga tahap yang diajukan Presiden AS Joe Biden kepada Hamas dengan peta jalan yang akan mengarah pada penghentian permusuhan di Jalur Gaza dan pembebasan semua sandera.
Tahap pertama mencakup gencatan senjata total, penarikan pasukan Israel dari seluruh pusat populasi Gaza, dan pembebasan sebagian sandera yang ditahan oleh Hamas, termasuk yang terluka, orang lanjut usia, dan wanita, serta pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara.
Kemudian, tahap kedua melibatkan penghentian permusuhan tanpa batas waktu dengan imbalan pembebasan sandera yang tersisa.
Selanjutnya, tahap ketiga dari inisiatif ini adalah memulai rekonstruksi Gaza yang telah lama dilanda perang.
Sumber: Sputnik
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024