Bengkulu (Antara) - Komunitas film Bengkulu "Rafflesia Motions", berencana merilis film dokumenter yang mengisahkan kondisi dan upaya pelestarian bunga langka Rafflesia arnoldii dalam film bertajuk "Bumi Rafflesia".
Koordinator Rafflesia Motions, Sofian Ramadhan di Bengkulu, Sabtu mengatakan film tersebut digarap oleh Robby Fachru Rozie, salah seorang anggota komunitas itu untuk memenuhi tugas akhir di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
"Kami akan merilis film dokumenter ini besok (27/12) bertepatan dengan parade film pendek yang digelar Komunitas Film Indie Bengkulu," tutur Sofian.
Menurut dia, film berdurasi 20 menit itu digarap kurang lebih satu tahun dengan menjelajah sejumlah lokasi habitat puspa langka itu di wilayah Bengkulu.
Pembuat film tersebut, Robby Fachru Rozie mengatakan bahwa dokumenter "Bumi Rafflesia" selain memenuhi tugas akhir kuliah, pembuatan film itu juga berangkat dari kegelisahannya tentang kelestarian bunga yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu itu.
"Bunga rafflesia adalah bunga terbesar di dunia dan sudah menjadi simbol Bengkulu, tapi keberadannya terancam," ucap Robby.
Dunia botani mencatat bunga Rafflesia arnoldi ditemukan di wilayah Bengkulu, tepatnya di pedalaman hutan Kabupaten Bengkulu Selatan oleh Gubernur Jenderal Inggris yang saat itu menduduki Bengkulu (Bencoleen) Sir Stamford Raffles dan Joseph Arnold seorang ahli botani pada 1818.
Sebutan Bengkulu sebagai "Bumi Rafflesia" juga selalu digaungkan oleh pemerintah daerah setempat baik di acara lokal, nasional maupun internasional dengan tujuan menambah daya tarik pariwisata ke daerah ini.
"Namun, keberadaan bunga ini di Bengkulu malah kurang diperhatikan dan film ini akan membahas persoalan itu," kata dia.
Lewat film ini kata Robby, ia ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian bunga kebanggaan masyarakat Bengkulu itu.
Lebih lanjut, Robby mengatakan pemutaran film tersebut akan digelar bersamaan dengan pemutaran enam film pendek hasil seleksi dari komunitas film lokal yang digelar di aula salah satu hotel di Kota Bengkulu pada Minggu (27/12) malam.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015
Koordinator Rafflesia Motions, Sofian Ramadhan di Bengkulu, Sabtu mengatakan film tersebut digarap oleh Robby Fachru Rozie, salah seorang anggota komunitas itu untuk memenuhi tugas akhir di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
"Kami akan merilis film dokumenter ini besok (27/12) bertepatan dengan parade film pendek yang digelar Komunitas Film Indie Bengkulu," tutur Sofian.
Menurut dia, film berdurasi 20 menit itu digarap kurang lebih satu tahun dengan menjelajah sejumlah lokasi habitat puspa langka itu di wilayah Bengkulu.
Pembuat film tersebut, Robby Fachru Rozie mengatakan bahwa dokumenter "Bumi Rafflesia" selain memenuhi tugas akhir kuliah, pembuatan film itu juga berangkat dari kegelisahannya tentang kelestarian bunga yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu itu.
"Bunga rafflesia adalah bunga terbesar di dunia dan sudah menjadi simbol Bengkulu, tapi keberadannya terancam," ucap Robby.
Dunia botani mencatat bunga Rafflesia arnoldi ditemukan di wilayah Bengkulu, tepatnya di pedalaman hutan Kabupaten Bengkulu Selatan oleh Gubernur Jenderal Inggris yang saat itu menduduki Bengkulu (Bencoleen) Sir Stamford Raffles dan Joseph Arnold seorang ahli botani pada 1818.
Sebutan Bengkulu sebagai "Bumi Rafflesia" juga selalu digaungkan oleh pemerintah daerah setempat baik di acara lokal, nasional maupun internasional dengan tujuan menambah daya tarik pariwisata ke daerah ini.
"Namun, keberadaan bunga ini di Bengkulu malah kurang diperhatikan dan film ini akan membahas persoalan itu," kata dia.
Lewat film ini kata Robby, ia ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian bunga kebanggaan masyarakat Bengkulu itu.
Lebih lanjut, Robby mengatakan pemutaran film tersebut akan digelar bersamaan dengan pemutaran enam film pendek hasil seleksi dari komunitas film lokal yang digelar di aula salah satu hotel di Kota Bengkulu pada Minggu (27/12) malam.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015