Mukomuko (Antara) - Penjabat Bupati Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu Tarmizi memastikan konflik suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA tidak ada di daerah itu.

"Konflik SARA tidak ada di Mukomuko. Sekarang kita bekerja dalam rangka mengisi pembangunan. Kita bicara ini jangan timbul konflik sara di Mukomuko," Tarmizi, di Mukomuko, Selasa.

Tarmizi mengatakan hal itu saat membuka acara "coffee morning" dengan sejumlah wartawan Media Massa cetak dan elektronik dan forum koordinasi pimpinan daerah (FKPD) setempat.

Acara yang bertema "Upaya Meningkatkan Silahturahmi Dengan Cara Penguatan Peran Media Massa dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dalam mencegah konflik SARA di Kabupaten Mukomuko" itu dihadiri sejumlah wartawan media cetak dan elektronik, kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dan komunitas intelijen daerah (Kominda).

Tarmizi mengatakan, terkait dengan acara tersebut dia tidak melihat konflik SARA tetapi tetap berupaya mencegah terjadinya konflik SARA.

Ia yakin, kalau semua kepala desa dan aparatur pemerintah setempat dan sekretaris daerah fokus, ini tidak terjadi di Mukomuko. konflik SARA tidak pernah menyentuh Mukomuko.

Walaupun, katanya, di Kecamatan Teras Terunjam ada satu aliran Kilapatul Muslimin, namun penanganannya telah diserahkan kepada pihak yang berwenang, yakni pengawas aliran kepercayaan masyarakat (Pakem).

Ia berharap, aliran ini tidak sampai meluas ke wilayah lain di Kabupaten tersebut. Kalau bisa gerakan aliran ini diminimalisir.

"Silakan mereka bertahan tetapi jangan melakukannya di wilayah lain," ujarnya.

Ia mengatakan, pemerintah setempat dan masyarakat membutuhkan kedamaian dalam rangka membangun daerah ini.

Kondisi damai ini, katanya, diharapkan terus berlanjut. Untuk itu wartawan bekerjasama menciptakan situasi ini. Kalau sekiranya masih isu jangan dibuat masalahnya itu sudah terjadi.

Karena, menurutnya, bahasa berita tentang itu kalau untuk masyarakat di kota nalarnya masih bagus, tetapi untuk masyarakat di desa punya daya nalar yang berbeda.

"Daya nalar masyarakat desa berbeda dengan kita. Kalau kita baru cerita 0,0 mereka sudah sepuluh, selanjutnya bagaimana kita gunakan bahasa berita yang elegan supaya bisa membantu perkembangan pendidikan masyarakat," ujarnya.***2***

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015