Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menegaskan pentingnya perlindungan bagi jurnalis dalam menjalankan tugasnya di berbagai negara, baik dari kekerasan maupun penyalahgunaan kecerdasan buatan.
 
"Akibat konflik pada 2023 saja, setidaknya 120 jurnalis tewas saat bertugas. Hampir sepertiganya berada di Jalur Gaza, dan itu tidak dapat kita diterima," kata Baerbock dalam pidato utama Forum Media Global (GMF) 2024 di Pusat Konferensi Dunia di Bonn (WCCB), Jerman pada Senin.
 
Menurut dia, jurnalis kerap menjadi target dalam hukum maupun kawasan konflik.
 
Baerbock menyadari jurnalis mendapat risiko besar akibat tekanan dan ancaman saat menjalankan tugasnya.
 
"Oleh karena itu apa yang perlu kita lakukan adalah bagaimana memperkuat pernyataan kebebasan," kata Baerbock terkait kebebasan pers.
 
Hal pertama yakni melindungi ruang fisik jurnalis ketika melakukan tugasnya. Menurutnya, kebebasan pers bukan hanya mencerminkan kebebasan terhadap media, tetapi juga penguatan terhadap demokrasi.
 
Kemudian hal kedua yaitu perlunya kepastian terhadap kemajuan teknologi agar tidak mengganggu ruang digital bagi kebebasan pers.
 
Dia menjelaskan bagaimana kecerdasan buatan dapat dengan murah, mudah, dan efektif menciptakan kampanye disinformasi. Hal itu bahkan dapat menurunkan kepercayaan kepada insitusi demokrasi.
 
Dorongan kepada penerbitan aturan terkait kecerdasan buatan perlu dilakukan. "Kita semua tidak hanya ingin memanfaatkan potensi besar kecerdasan buatan, namun juga kita perlu memastikan penggunaannya sesuai kewajaran dan etika," tegas Baerbock.
 
Global Media Forum 2024 diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik Jerman Deutsche Welle di Kota Bonn pada 17-18 Juni 2024.
 
Dalam acara itu dibahas sejumlah persoalan terkait jurnalisme baik perlindungan jurnalis, penggunaan kecerdasan buatan, pemeriksaan fakta, hingga mengatasi gelombang berita palsu atau hoaks.

Pewarta: Bayu Prasetyo

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024