Yordania pada Senin menangguhkan penerbangan ke Ibu Kota Beirut di tengah kekhawatiran akan kemungkinan serangan Israel ke Lebanon.
Maskapai Royal Jordanian mengatakan pembatalan penerbangan akan berlangsung pada Senin hingga Selasa (30/7) setelah keputusan Komisi Regulasi Penerbangan Sipil untuk menangguhkan semua penerbangan ke Bandara Beirut, demikian dilaporkan kantor berita Petra.
Langkah penangguhan diambil ketika ancaman Israel mencapai puncaknya, menyusul serangan rudal pada Sabtu (27/7) di Dataran Tinggi Golan -- yang diduduki Israel-- ke Kota Majdal Shams.
Serangan itu mengakibatkan kematian 12 warga suku Druze dan sekitar 40 orang terluka.
Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan di Majdal Shams, kelompok paramiliter Lebanon itu membantah bertanggung jawab.
Menurut Radio Angkatan Darat Israel, militer sudah merumuskan skenario kemungkinan serangan terhadap Hizbullah dan sedang membahas rencana tersebut secara politis guna menilai situasi.
Pada Sabtu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Hizbullah akan "membayar harga yang mahal" atas serangan tersebut.
Kekhawatiran meningkat mengenai kemungkinan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah, di tengah serangan lintas batas yang dilancarkan kedua belah pihak.
Eskalasi tersebut terjadi sebagai akibat dari rentetan serangan maut oleh Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.300 korban sejak Oktober 2023.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Maskapai Royal Jordanian mengatakan pembatalan penerbangan akan berlangsung pada Senin hingga Selasa (30/7) setelah keputusan Komisi Regulasi Penerbangan Sipil untuk menangguhkan semua penerbangan ke Bandara Beirut, demikian dilaporkan kantor berita Petra.
Langkah penangguhan diambil ketika ancaman Israel mencapai puncaknya, menyusul serangan rudal pada Sabtu (27/7) di Dataran Tinggi Golan -- yang diduduki Israel-- ke Kota Majdal Shams.
Serangan itu mengakibatkan kematian 12 warga suku Druze dan sekitar 40 orang terluka.
Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan di Majdal Shams, kelompok paramiliter Lebanon itu membantah bertanggung jawab.
Menurut Radio Angkatan Darat Israel, militer sudah merumuskan skenario kemungkinan serangan terhadap Hizbullah dan sedang membahas rencana tersebut secara politis guna menilai situasi.
Pada Sabtu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Hizbullah akan "membayar harga yang mahal" atas serangan tersebut.
Kekhawatiran meningkat mengenai kemungkinan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah, di tengah serangan lintas batas yang dilancarkan kedua belah pihak.
Eskalasi tersebut terjadi sebagai akibat dari rentetan serangan maut oleh Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.300 korban sejak Oktober 2023.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024