PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA) - Dana Anak PBB (UNICEF) pada Rabu (17/2) memperingatkan hampir satu juta anak memerlukan perawatan karena kekurangan gizi akut di Afrika Selatan dan Timur.

Dua tahun kemarau dan hujan yang tidak teratur telah menambah salah satu peristiwa El Nino paling parah dalam 50 tahun sehingga membuat kacau kehidupan anak yang paling rentan, kata UNICEF.

Di Malawi, Program Pangan Dunia (WFP) juga telah memperingatkan bahwa karena menghadapi peningkatan kebutuhan, lembaga tersebut sangat memerlukan 38 juta dolar AS untuk membantu orang yang paling rentan selama musim yang berkepanjangan.

Tanpa sumbangan tambahan, pembagian uang kontan harus dibekukan pada Maret, sementara pembagian makanan akan dikurangi secara drastis atau bahkan diputus paling lambat pada pertengahan April.

Situasi bertambah parah dengan naiknya harga makanan, sehingga memaksa banyak keluarga melaksanakan mekanisme penghematan drastis seperti menghindari makanan dan menjual aset. Kondisi itu mengakibatkan hampir satu juta anak memerlukan perlawanan mendesak karena kekurangan gizi sangat akut di wilayah tersebut, kata Leila Gharagozloo-Pakkala, Direktur Regional UNICEF untuk Afrika Selatan dan Timur, dalam siaran pers pada Rabu (17/2).

"Fenomena cuaca El Nino akan berkurang. Tapi kerugian yang diderita anak-anak --banyak di antara mereka sudah hidup pas-pasan-- akan terasa selama bertahun-tahun ke depan," kata Leila Gharagozloo-Pakkala, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. 

"Semua pemerintah menanggapi dengan sumber daya yang ada, tapi ini situasi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Kelangsungan hidup anak-anak tergantung atas tindakan yang dilakukan hari ini."

Menurut UNICEF, Lesotho, Zimbabwe dan sebagian besar provinsi di Afrika Selatan telah mengumumkan kondisi bencana dalam menghadapi peningkatan kekurangan sumber daya. Di Ethiopia, jumlah orang yang memerlukan bantuan makanan diperkirakan akan naik dari lebih 10 juta jadi 18 juta sampai akhir tahun ini.

UNICEF, yang mengeluarkan informasi terkininya mengenai dampak El Nino pada anak-anak di wilayah tersebut, mengatakan di Ethiopia, dua musim hujan yang gagal berarti hampir enam juta anak saat ini memerlukan bantuan pangan. Sementara itu, makin banyak anak tak bisa bersekolah karena mereka dipaksa berjalan lebih jauh untuk mencari air.

Di Somalia, lebih dari dua-pertiga mereka yang memerlukan bantuan adalah warga yang kehilangan tempat tinggal, sedangkan di Kenya, hujan lebat yang berkaitan dengan El Nino dan banjir menambah parah penyebaran wabah kolera.

Sementara itu di Lesotho, seperempat warga terpengaruh. Kondisi tersebut menambah parah keadaan di negara tempat 34 persen anak adalah yatim-piatu, 57 persen orang hidup di bawah garis kemiskinan, dan hampir satu dari empat orang dewasa hidup dengan HIV/AIDS.

Di Zimbabwe, sebanyak 2,8 juta orang menghadapi kondisi rawan pangan dan gizi. Kemarau telah mengakibatkan kekurangan air karena sedikit sumur bor masih berfungsi sehingga menambah parah resiko penyebaran penyakit yang ditularkan oleh air, terutama diare dan kolera.

Badan PBB itu menyatakan Malawi menghadapi krisis pangan terburuk dalam sembilan tahun; sebanyak 2,8 juta orang, lebih dari 15 persen penduduk negeri tersebut, terancam kelaparan. Kasus kekuragan gizi akut telah melonjak sampai 100 persen dari Desember 2015 hingga Januari 2016.

Di Angola, sebanyak 1,4 juta orang terpengaruh oleh kondisi cuaca ekstrem dan 800.000 orang menghadapi kondisi rawan pangan, terutama di provinsi Angola Selatan, yang setengah tandus.

Kantor PBB Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah memperkirakan masyarakat yang terpengaruh diperkiraakan akan memerlukan sekitar dua tahun untuk pulih dari kemarau yang diperparah oleh El Nino, jika kondisi pertanian membaik dalam semester kedua tahun ini.

UNICEF juga mengatakan permohonan bantuan kemanusiaannya hanya kurang dari 15 persen yang didanai di seluruh negara yang terpengaruh El Nino di Afrika Selatan.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016