Bengkulu (Antara-IPKB) – Tingkat pendidikan masyarakat di Provinsi Bengkulu masih tergolong rendah hal itu dapat diketahui dari beberapa hasil lembaga survei.

Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi daya saing era masyarakat ekonomi ASEAN yang mulai diberlakukan pada 2016.

Kepala Bidang Pengendalian dan Kependudukan, BKKBN, Provinsi Bengkulu Iskandar mengungkapkan, hanya enam persen pemuda usia 19 hingga 22 tahun di daerah itu mampu berkuliah di perguruan tinggi.

Data tersebut didapat dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013. Angka Partisipasi Murni (APM), untuk usia 7 hingga 12 tahun atau Sekolah Dasar (SD) dari 10 kabupaten/kota di Bengkulu mencapai 97,30 persen.

APM usia 13 hingga 15 tahun atau setara SMP turun menjadi 72,44 persen.

“Terjadi pengurangan jika SD 97,30 persen menjadi ke SMP 72,44 persen artinya ada 24,86 siswa SD yang tak melanjut ke SMP,” tambah Iskandar.

Selanjutnya APM usia 16 hingga 18 tahun atau setara SLTA di Provinsi Bengkulu juga terus turun menjadi 59,62 persen.

“APM SMP ke SLTA juga mengalami penurunan sebesar 12,82 persen, kalau ditotal dari SD hingga SLTA ada 41 persen usia sekolah yang tak melanjutkan hingga SLTA, kemana mereka putus sekolah,” lanjut Iskandar.

Sementara dari 59,62 persen APM SLTA hanya 6 persen yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.Artinya 53 persen tamatan SLTA tak melanjutkan kuliah.

Iskandar menyebut ada beberapa faktor penyebab rendahnya APM mengakibatkan putus sekolah. Pertama pernikahan dini yang usia 15 hingga 16 tahun mencapai 2,99 persen, usia 17 hingga 18 mencapai 24,77 persen dan usia 19 hingga 24 mencapai 44,38 persen.

Faktor kedua yakni ekonomi mengakibatkan anak putus sekolah dan membantu orang tua bekerja di sektor industri.Faktor ketiga cara pandang orang tua yang melihat pendidikan tinggi tak penting.(rn/rs)

Pewarta: Idris Chalik

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016