Beijing (Antara/Reuters) - Pihak berwenang di ibukota Tiongkok akan memperpanjang cuti bekerja bagi ibu dan ayah baru, demikian dilaporkan media pemerintah, Jumat, sebagai bentuk insentif untuk mendorong keluarga memiliki lebih banyak anak.

Ekonomi terbesar dunia itu menghadapi kekurangan tenaga kerja dan populasi yang semakin tua, dan bisa menjadi negara pertama di dunia yang menua sebelum menjadi kaya.

Pada 2015, Partai Komunis yang berkuasa mengumumkan akan melonggarkan "kebijakan satu anak" yang kontroversial dan sudah lama berlaku, dengan mengizinkan semua pasangan memiliki dua anak.

Pemerintah yang ingin mengatasi ancaman krisis penuaan, khawatir banyak orang yang memilih tidak mengambil peluang itu karena mengkhawatirkan biaya perawatan dua anak di negara yang semakin mahal tersebut.

Kantor berita China News Agency, saat melaporkan aturan cuti baru bagi orangtua baru itu, tidak mengaitkannya dengan harapan agar rakyat memiliki lebih banyak anak.

Para ayah di Beijing mendapatkan cuti kerja 15 hari berdasar peraturan baru itu, kata kantor berita tersebut. Sementara ayah baru di Tiongkok sekarang mendapatkan tiga hingga 10 hari cuti, tergantung dimana mereka tinggal, katanya.

Para ibu di Beijing bisa memperpanjang cuti hingga maksimum tujuh bulan jika disetujui majikan, atau lebih lama 30 hari dibanding saat ini, kata kantor berita itu.

Berdasar aturan baru bagi Beijing, pasangan yang sudah memiliki masing-masing satu anak dari pernikahan sebelumnya bisa memiliki seorang anak lagi, katanya.

Beberapa provinsi dan kota-kota besar juga mengamendemen kebijakan cuti untuk ibu dan ayah, demikian dilaporkan media pemerintah.

Populasi Tiongkok diperkirakan mencapai puncaknya menjadi sekitar 1,45 miliar hingga 2050, dengan satu dari tiga orang penduduk berumur lebih dari 60 tahun, dan proporsi usia pekerja yang semakin berkurang untuk membantu mereka.

Kebijakan satu anak diperkenalkan pada akhir 1970-an untuk mencegah pertumbuhan populasi yang meningkat di luar kendali.

Namun kebijakan itu dinilai sudah kuno dan menjadi penyebab berkurangnya tenaga kerja serta munculnya masyarakat berumur dengan jumlah penduduk usia muda yang produktif lebih sedikit, fenomena yang biasanya terlihat di negara-negara industri.

Para kritikus mengatakan pelonggaran kebijakan satu anak dan reformasi terkait terlambat untuk mencegah bahaya ketidakseimbangan populasi, karena banyak pasangan sekarang tidak berminat memiliki lebih banyak anak.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016