Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten menyambut positif harga kakao di pasaran menembus Rp90 ribu dari sebelumnya Rp40 ribu per kilogram.
 
"Hari ini kami menjual kakao kering sebanyak 200 kilogram dengan harga Rp90 ribu sehingga menghasilkan pendapatan Rp18 juta," kata Ujang (60) seorang petani warga Kecamatan Banjarsari Kabupaten Lebak saat ditemui di Rangkasbitung, Lebak, Senin.
 
Petani coklat di wilayahnya jika panen dipastikan dijual ke bandar penampung di Rangkasbitung yang sudah menjadi langganan.
 
Sebelumnya, harga kakao di tingkat penampung di Rp40 ribu, namun kini menembus Rp90 ribu per kilogram.
 
Kenaikan harga kakao itu tentu petani menyambut positif, karena dapat mendongkrak pendapatan ekonomi keluarga.
 
"Kami yakin petani panen kakao 2024 menguntungkan setelah harga di pasaran tembus Rp90 ribu per kilogram," kata Ujang.
 
Menurut dia, dirinya mengembangkan pertanian coklat di lahan seluas 5.000 meter persegi dan bisa dipanen dua musim.
 
Produksi kakao bisa mencapai antara 200-230 kilogram per musim, sehingga bisa menghasilkan pendapatan ekonomi.
 
"Kami merasa terbantu ekonomi keluarga dari hasil penjualan coklat itu," katanya menjelaskan.
 
Petani kakao lainnya, Didi (55) warga Warunggunung Kabupaten Lebak mengaku dirinya menjual kakao kering sebanyak 100 kilogram dengan harga Rp90 ribu per kilogram sehingga menghasilkan ekonomi Rp9 juta.
 
"Kami merasa senang harga coklat terjadi kenaikan dan dipastikan Desember mendatang bisa menjual sebanyak 300 kilogram," kata Didi.
 
Bambang (45) seorang penampung hasil bumi di Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya kini menampung kakao kering dari berbagai daerah di Banten.
 
Bahkan, dirinya setiap hari bisa menampung sekitar 2 ton per hari dengan harga Rp90 ribu per kilogram.
 
Selama ini, harga coklat terjadi kenaikan karena permintaan pasar cenderung meningkat.
 
"Semua kakao dari Banten itu dipasok ke Bandung dan Semarang," kata Bambang.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024