Gedung Putih mendesak Israel pada Selasa (15/10) untuk menghormati peran pasukan perdamaian PBB yang beroperasi di Lebanon setelah pemimpin Israel Benjamin Netanyahu memaksa agar pasukan tersebut segera ditarik.
"UNIFIL memainkan peran penting, peran perdamaian, di Lebanon, dan kami menghormati peran tersebut. Kami ingin semua pihak menghormati peran itu, termasuk Israel," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, kepada wartawan, merujuk pada pasukan perdamaian tersebut.
Seruan ini muncul setelah Netanyahu menyampaikan pesan video kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Minggu (13/10), meminta secara langsung agar PBB menarik UNIFIL dari apa yang ia sebut sebagai "kawasan benteng Hizbullah dan daerah konflik," saat Israel melanjutkan invasi darat ke Lebanon.
"Tuan Sekretaris Jenderal, tarik pasukan UNIFIL dari wilayah bahaya. Hal ini harus dilakukan segera, sekarang juga," kata Perdana Menteri Israel tersebut.
Retorika yang semakin memanas ini muncul setelah serangkaian serangan terhadap pasukan perdamaian UNIFIL, yang sebagian besar langsung disalahkan oleh pasukan tersebut kepada Israel.
Beberapa anggota pasukan perdamaian terluka setelah Israel melakukan invasi darat ke wilayah Lebanon selatan.
Kirby mengatakan bahwa Gedung Putih telah "menyampaikan langsung kepada Israel bahwa kami menentang serangan hampir setiap hari yang mereka lakukan di sini (Lebanon), di daerah padat penduduk di Beirut."
"Kami memahami bahwa mereka sedang melakukan operasi terarah yang bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah, dan kami mengakui bahwa mereka memiliki hak untuk melakukan itu," ujarnya.
"Tetapi mereka juga memiliki tanggung jawab yang setara untuk melakukannya dengan cara yang tidak mengancam nyawa warga sipil, pasukan perdamaian PBB, atau bahkan anggota angkatan bersenjata Lebanon yang juga mengalami korban jiwa," tambahnya.
UNIFIL didirikan pada Maret 1978 untuk memastikan penarikan pasukan Israel dari Lebanon dan membantu pemerintah Lebanon dalam memulihkan otoritas di wilayah tersebut.
Mandat UNIFIL telah diperluas selama bertahun-tahun, terutama setelah perang Israel-Hizbullah pada 2006, untuk memantau gencatan senjata dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
Mandat tersebut terakhir kali diperbarui secara bulat oleh Dewan Keamanan PBB pada Agustus lalu.
Israel secara dramatis meningkatkan kampanye pemboman besar-besaran di seluruh Lebanon dengan klaim menargetkan Hizbullah sejak 23 September 2024, menewaskan setidaknya 1.437 orang, melukai lebih dari 4.123 lainnya, dan menyebabkan lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.
Kampanye udara ini merupakan eskalasi dari perang lintas perbatasan selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya perang Israel di Jalur Gaza.
Lebih dari 42.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas sejak perang dimulai setelah serangan lintas batas Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan tersebut, dan sekitar 250 lainnya dibawa ke Gaza sebagai sandera. Kurang dari setengahnya masih berada dalam tahanan di wilayah pantai yang sebagian besar hancur tersebut.
Israel memulai invasi darat ke Lebanon pada 1 Oktober.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024