Bengkulu  (ANTARA Bengkulu) - Petani Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, memanfaatkan kotoran sapi yang menghasilkan biogas untuk menghemat pengeluaran membeli gas elpiji isi tiga kilogram.

"Program rintisan untuk energi terbarukan yang dikembangkan warga Desa Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir ini sudah berhasil menyala," kata Asisten Tenaga Ahli Lingkungan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP) Kabupaten Bengkulu Selatan Bowo Tamtulistywo, di Bengkulu, Rabu.

Biasanya keluarga petani di desa itu membeli gas elpiji isi tiga kilogram seharga Rp20.000 per tabung karena jarak tempuh ke desa mereka cukup jauh dari ibu kota kabupaten.

"Sebagian keluarga cukup satu tabung untuk kebutuhan memasak selama dua pekan, sebagian lainnya hanya satu pekan, jadi dapat menghemat Rp40.000 hingga Rp80.000 per bulan," katanya.

Awalnya, saat perencanaan hanya ada tiga unit biogas yang akan dibangun dengan alokasi dana Rp64 juta, namun kesepakatan warga desa dan keswadayaan yang tinggi alokasi dana yang tersedia digunakan untuk membangun enam unit biogas.

"Masyarakat desa menambah dana swadaya senilai Rp4,1 juta sehingga biogas yang sudah terbangun dan menyala menjadi enam unit," katanya.

Perangkat pendukung untuk menghasilkan biogas mulai dari pembangunan inlet atau bak penyaluran kotoran sapi ke tabung yang disebut "digester" dan outlet atau bak penampungan cairan dari sisa kotoran tersebut.

Enam unit biogas yang sudah dibangun dimanfaatkan oleh 12 keluarga petani sebab satu unit biogas mampu memenuhi kebutuhan gas untuk memasak dua rumah tangga.

Karni, salah seorang ibu rumah tangga pengguna biogas mengatakan program tersebut sangat bermanfaat untuk keluarga petani di desa itu yang sebagian besar memiliki ternak sapi.

"Sebelumnya kami menggunakan gas 3 kilogram dengan harga Rp20 ribu per tabung, tapi sekarang bisa dihemat dan biogas ini juga jauh lebih aman," katanya.

Ia mengatakan, setiap pagi sekitar 30 kilogram kotoran sapi yang sudah dicampur dengan air dimasukkan ke dalam tabung untuk menjaga ketersediaan gas.

Gas yang dihasilkan kata dia sebenarnya mampu untuk mencukupi kebutuhan memasak selama dua hari.

"Sebenarnya bisa dilakukan pengisian dua kali sehari tapi kami lebih memilih tiap hari untuk menjaga ketersediaan gas," katanya.

Karni mengatakan untuk menyalakan gas, harus dipancing dengan korek api tapi gas yang dihasilkan dapat diatur sedemikian rupa sehingga apinya tidak menyambar.

Gas yang dihasilkan sangat biru dan sama sekali tidak menghasilkan bau kotoran sapi seperti yang dikhawatirkan sebelumnya oleh petani.

"Kami sudah tiga bulan menggunakan biogas ini sangat aman dan tidak mempengaruhi rasa masakan," katanya. (ANT-RNI) 

Pewarta:

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011