Bengkulu, (ANTARA Bengkulu) - Para petani di Pulau Enggano Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu mulai mengembangkan komoditas perkebunan mengganti tanaman kakao yang terserang penyakit busuk hitam.

"Serangan penyakit busuk hitam atau buah yang menghitam dan tidak bisa dipanen sudah terjadi beberapa tahun terakhir sehingga kami mulai beralih ke tanaman pisang," kata Timoria Kauno di Bengkulu.

Ia mengatakan tanaman pisang yang dikembangkan petani setempat antara lain pisang bawean Bengkulu dan pisang kepok.

Dalam satu hektare lahan dapat ditanami 150 batang pisang dengan jarak antartanaman 8 meter.

"Umur 1 tahun paling lama sudah bisa kami panen, apalagi kalau jarak antartanaman 8 meter biasanya buahnya lebih besar," katanya.

Harga yang cukup menjanjikan yakni Rp21 ribu hingga Rp22 ribu per tandan membuat petani yang tinggal di pulau terluar itu semakin bersemangat mengembangkan komoditas tersebut.

Petani lainnya yang hijrah ke Pulau Enggano pada 1996 mengatakan tanaman pisang memiliki prospek yang cukup menjanjikan.

"Kami sudah mengganti sebagian kakao untuk ditanam pisang karena perawatannya lebih mudah dan harga juga cukup lumayan," katanya.

Dalam satu hektare tanaman pisang yang ditanam pada 2010 saat ini sudah mulai panen sebanyak 50 tandan hingga 70 tandan per bulan.

Apalagi, masyarakat setempat kata dia sudah sepakat tidak akan mengembangkan tanaman sawit di pulau terluar itu karena khawatir mengganggu pasokan air bersih.

Koordinator Kepala Suku Pulau Enggano Iskandar Zulkarnain Kauno mengatakan larangan menanam sawit sudah diberlakukan sejak lama.

"Kami tidak ingin pulau ini kekeringan karena sawit, sebab ketersediaan air tawar terbatas, kalau mengembangkan komoditas lain dipersilahkan asal jangan sawit," katanya.

Selain mengembangkan pisang yang tumbuh subur di pulau itu, komoditas lain yang ditanam petani antara lain karet, melinjo dan kakao.(rni)

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012