Sebanyak 10 persen dari jumlah pompa permanen (stasioner) untuk pengendalian banjir di wilayah Jakarta Barat rusak akibat sampah celana jins.
Sampah jins itu sering kali masuk ke bagian dalam partitur pompa stasioner, melilit hingga merusak bagian baling-baling atau impeller pompa.
"Yang paling sering itu kena lilitan celana jins, terus lilitan ban atau juga lilitan tali," kata Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (Kasudin SDA) Jakarta Barat Purwanti Suryandari saat dihubungi di Jakarta pada Rabu.
Baca juga: Sampah plastik di lahan pertanian, masalah serius yang jarang dibahas
Dia menjelaskan bahwa di bagian dalam pompa stasioner ada komponen berbentuk kipas (baling-baling pompa) yang modelnya seperti impeller. "Lilitan celana jins merusak bagian itu," katanya.
Partitur utama pompa stasioner, dalam hal ini impeller tersendat dan rusak akibat sampah celana jins atau ban dapat menghambat upaya penanganan banjir di Jakarta Barat.
"Misalnya, di darat tiba-tiba hujan kan air hujan ke bawah (ke kali) semua. Itu biasanya sampah banyak, nah itu mengganggu kinerja pompa kita juga," katanya.
Setiap tahun bisa 10 persen pompa stasioner pengendalian banjir yang rusak akibat sampah-sampah tersebut.
Baca juga: Seruan mendaki nol sampah menggaung di Gunung Rinjani
Sejak Januari 2024, sejumlah pompa stasioner dinyatakan rusak akibat terlilit sampah seperti celana jins atau ban kendaraan.
"(Tahun 2024) Misalnya pompa stasioner di Rawa Buaya, Cengkareng, terus di Perumnas, Cengkareng," kata Purwanti.
Namun demikian, Sudin SDA Jakarta Barat (Jakbar) langsung bergerak memperbaiki jika menemukan kerusakan pompa sehingga upaya antisipasi banjir tidak terhalang. "Langsung diperbaiki. Setiap pompa itu rusak, kita perbaiki," kata Purwanti.
Terkait perbaikan pompa stasioner, Sudin SDA Jakbar juga memiliki Petugas Mekanikal dan Elektrikal Bengkel (PMEB) yang bersiaga mengantisipasi kerusakan pompa.
"Kita ada yang siaga. Kadang-kadang kalau bukan oleh penyedia, kita punya tenaga PMEB yang urus bagian ini," katanya.
Baca juga: Tragedi di Kampala: 17 jenazah ditemukan di tumpukan sampah yang runtuh, pencarian masih berlanjut
Dengan personel tersebut maka pihaknya bisa angkat pompa yang tersendat dan rusak. "Kita lihat, kita bersihin. Tapi kalau rusaknya sudah parah, baru kita ke vendor (penyedia pompa)," ungkap Purwanti.
Hingga kini, Sudin SDA Jakbar menyiagakan 148 pompa stasioner, 70 pompa bergerak (mobile) serta 50 pompa apung untuk mengantisipasi banjir di wilayah setempat.
Pompa-pompa tersebut difungsikan sesuai dengan tipe masing-masing. Pompa stasioner menyatu dengan rumah pompa yang terdapat di kali-kali besar wilayah setempat.
Pompa jenis itu berfungsi untuk memindahkan banjir ke sistem drainase yang lebih besar. Kemudian dengan fungsi yang sama, pompa bergerak diturunkan secara insidental dan berpindah sesuai titik genangan air atau banjir.
Sementara pompa apung spesifik digunakan untuk mengatasi genangan di jalan-jalan lingkungan, jalan raya ataupun pemukiman warga yang sempit.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024