Ahli kesehatan dr. Ega Bonar Bastari menjelaskan telemedisin atau pemeriksaan kesehatan jarak jauh bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah penderita diabetes melitus (DM) terkena penyakit ginjal kronis.
"Jurnal Cardiorenal Medicine menyebut 40-50 persen pasien gagal jantung mengalami penyakit ginjal kronis serta 40 persen penderita diabetes melitus mengalami penyakit serupa," kata Ega yang juga VP of Medical Operations PT Good Doctor Technology dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, sangat penting bagi pasien gagal jantung dan DM melakukan skrining kesehatan berkala untuk mencegah terkena ginjal kronis.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi penyakit ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur lebih dari sama dengan 15 tahun adalah 0,18 persen.
Menurut data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dalam laporan "Global Burden of Disease" (GBD) 2019, penyakit ginjal kronis termasuk dalam 10 besar penyakit dengan kematian tertinggi di Indonesia.
Bahkan Clinico Economics and Outcomes Research menyatakan bahwa pembiayaan penyakit ginjal kronis menduduki peringkat ke-2 di BPJS Kesehatan.
Penyakit ini memang tidak memiliki gejala yang signifikan pada tahap awal penyakit (silent disease). Namun apabila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, konsekuensinya bisa sangat merugikan baik pasien, keluarga maupun negara.
Apalagi penyakit ginjal kronis saling terkait dengan diabetes dan gagal jantung, kata Ega.
Sedangkan Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay mengatakan, sebagai perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada kardiovaskular, ginjal, dan metabolisme, perusahaan senantiasa berkomitmen untuk mendorong diagnosis.
Selanjutnya intervensi lebih awal sehingga dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit tersebut.
"Beban penyakit ini akan bertambah besar seiring dengan peningkatan stadium dan komorbiditas dengan diabetes dan gagal jantung," katanya.
Esra menjelaskan pengelolaan penyakit ini sejak awal yang meliputi diagnosis hingga pengobatan termasuk modifikasi gaya hidup sehat sudah sangat krusial untuk dilakukan.
Penelitian terhadap responden pasien DM juga memperlihatkan kelompok yang menggunakan aplikasi sebagai pengobatan (telemedisin) bisa menurunkan kadar gula darah pada tiga bulan pemantauan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024